Sabtu, 23/11/2024 22:29 WIB

Kata Kapolri, Telegram Banyak Dipakai Kelompok Teroris

Keunggulan itu dimafaatkan pengguna Telegram untuk membuat 10 ribu member tanpa terdeteksi dan dengan enskripsi. 

Kapolri Jenderal Tito Karnavian

Jakarta - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mendukung langkah Kementerian Komunikasi dan Informatika yang telah resmi memblokir situs Telegram. Tito menilai pemblokiran aplikasi yang dilakukan sejak Jumat (14/7/2017) sudah tepat.

Kementerian Komunikasi dan Informatika sebelumnya memblokir aplikasi itu karena dinilai telah disalahgunakan. Salah satunya untuk penyebaran ajaran radikal hingga tindakan terorisme. 

Kapolri Jenderal Tito Karnavian tak menepis soal penyalahgunaan tersebut. Bahkan, ungkap Tito, Telegram telah digunakan oleh para pelaku teror menggunakan aplikasi itu sebelum melancarkan aksinya. Termasuk, pelaku bom Thamrin, Kampung Melayu dan Bandung.

"Ternyata komunikasi yang mereka gunakan semuanya menggunakan Telegram," kata Tito di Jakarta, Minggu (16/7/2017).

Dikatakan Tito, aplikasi itu memiliki fitur unggulan yang tak dimiliki aplikasi lainnya. Keunggulan itu dimafaatkan pengguna Telegram untuk membuat 10 ribu member tanpa terdeteksi dan dengan enskripsi. 

"Artinya sulit dideteksi. Ini jadi problem dan jadi tempat saluran komunikasi paling favorit oleh kelompok teroris," ujar Jenderal bintang empat itu.

Polri, kata Tito, menjadi salah satu institusi yang meminta Kemenkominfo melakukan tindakan terhadap Telegram. Yakni merekomendasikan agar situs tersebut ditutup. 

Atas pemblokiran Telegram tersebut, kata Tito, pihaknya dan Kemenkominfo terus melakukan evaluasi. Pasca-penutupan ini, lanjut Tito, pihaknya langsung memantau gerak komunikasi kelompok teroris.

"Nanti kita liat apakah jaringan teror gunakan saluran komunikasi lain. Kita juga ingin liat dampaknya. Saya kira ini akan terus dievaluasi," tandas mantan Kapolda Metro Jaya itu.

KEYWORD :

Kapolri Telegram




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :