Presiden Republik Indonesia Joko Widodo saat membuka Kongres Pancasila IX di Universitas UGM, Sabtu (22/7).
Yogyakarta – “Saya Indonesia, Saya Pancasila. Saya Mahasiswa, Saya Pancasila,” demikian jargon yang keluar dari mulut seorang Presiden RI Joko Widodo di depan peserta Kongres Pancasila IX, di Gedung Senat Universitas Gadjah Mada (UGM), Sabtu (22/7).
Indonesia patut berbangga punya Pancasila, kata Jokowi. Sebab, di tengah kemajemukan yang ada di Indonesia, ternyata Pancasila cukup efektif untuk menyatukannya.
Terkait hal ini, Jokowi mengisahkan saat dirinya berada dalam konferensi atau pertemuan di luar negeri, sering kali negara-negara luar bertanya bagaimana Indonesia bisa rukun, dan cara mengelolanya, padahal di dalamnya terdapat 17 ribu pulau, 714 suku, dan lebih dari 1.100 bahasa lokal
“Mereka penasaran mengapa kita (Indonesia, red) yang majemuk ini bisa rukun, bisa damai. Jawaban saya sederhana, karena Indonesia memiliki Pancasila,” kata Jokowi diiringi tepuk tangan hadirin.
“Mereka juga bertanya apa ketika Jokowi pergi ke suatu pulau, suatu provinsi, apakah hafal dengan bahasa daerah seluruhnya. Saya jawab tidak. Saya tidak mengerti. Lalu pakai bahasa apa, kata mereka. Saya sampaikan, memakai bahasa Indonesia,” tuturnya.
Dalam kisah lainnya, Jokowi bercerita pernah berbincang-bincang dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani. Di pertemuan tersebut, Presiden Ashraf mengingatkan Jokowi agar berhati-hati dalam merawat persatuan di Indonesia. Sebab, Afganistan dulunya memiliki kekayaan alam gas, minyak dan emas seperti Indonesia, namun akhirnya tercerai-berai akibat sarat konflik kepentingan di antara faksi yang ada di dalam pemerintahan.
“Ilustrasi Afghanistan tadi harus jadi catatan kita. Mereka (Afghanistan, red) bahkan meminta agar kita mengirim delegasi menteri dan ulama ke sana, untuk memberitahukan kepada kelompok-kelompok ini mengenai Indonesia, atau mengundang kelompok tersebut ke Indonesia untuk melihat bagaimana rukunnya kita,” terangnya.
Jokowi Pancasila