ilustrasi rudal
Jakarta - Korea Utara kembali menembakkan peluru kendali pada Jumat (29/7). Para ahli mampu menghantam Los Angeles dan kota-kota AS lainnya. Amerika Serikat dan Korea Selatan menanggapi peluncuran tersebut dengan melakukan latihan peluru kendali gabungan.
Korea Utara memastikan peluncurannya itu adalah “peringatan keras" bagi Amerika Serikat. Presiden Kim Jong-un mengatakan bahwa dengan peluncuran peluru kendali tersebut dapat menunjukkan kalau seluruh Amerika Serikat berada dalam jarak jangkauannya. Namun pihak berwenang AS menganggap pernyataan tersebut dibesar-besarkan.
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump, yang menganggap Korea Utara merupakan "ancaman paling mendesak dan berbahaya bagi perdamaian," mengutuk peluncuran tersebut dengan menyebutnya sebagai "tindakan gegabah". "Dengan tindakan mereka yang mengancam dunia, senjata dan uji coba ini akan membuat Korea Utara terkucilkan lebih jauh lagi," kata Presiden Donald Trump dalam pernyataan.
"Amerika Serikat akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menjamin keamanan tanah air dan melindungi sekutu kami di wilayah ini," tambahnya.
Menteri Pertahanan Korea Selatan Song Young-moo mengatakan pada sebuah jumpa media pada Sabtu (29/7) bahwa Seoul akan menyiapkan langkah-langkah mandiri, untuk mengatasi ancaman nuklir dari Utara.
"Peluncuran peluru kendali balistik oleh Korea Utara ini merupakan provokasi serius, yang tidak hanya dengan jelas melanggar banyak resolusi Dewan Keamanan PBB, namun juga mengancam keamanan kawasan semenanjung Korea dan perdamaian dunia," kata Young-moo. “Sendi pemerintah Korea Selatan dan Amerika Serikat akan tegas menghukum Korea Utara karena provokasi peluru kendali-nya," tambahnya.
Dia mengatakan langkah-langkah akan diambil untuk mempercepat penempatan sementara satuan sistem pertahanan anti-peluru kendali THAAD dari Amerika Serikat.
Presiden Korsel Upayakan Dialog dan Jalan Penyatuan dengan Pyongyang yang Dianggap Terisolasi
Peluncuran pada malam hari yang tidak biasa dilakukan itu, menambah kegusaran di Washington, Seoul dan Tokyo karena Pyongyang terus melanjutkan pengembangan senjata nuklir dan peluru kendali balistik antarbenua (ICBM). Uji coba pada Jumat itu mendorong perwira militer AS dan Korea Selatan melakukan pembahasan militer untuk menentukan pilihan dalam menanggapi peluncuran tersebut.
Militer Korea Utara telah memberikan peringatan dini pada awal bulan ini dengan peluncuran ICBM pertamanya. Petinggi militer AS, Kepala Staf Gabungan Joseph Dunford, dan Laksamana Harry Harris, komandan Komando Pasifik AS, berbicara melalui telepon dengan petinggi militer Korea Selatan, Jenderal Lee Sun-jin, untuk membahas pilihan tindakan militer dalam menanggapi peluncuran tersebut.
KEYWORD :Korea Selatan Korea Utara Amerika Serikat THAAD