Duterte mengenakan helm 5 bintang AFC (Foto: Asiancorrespondent)
Jakarta - Front Demokratik Nasional Filipina (NDF) mengungkapkan adanya dugaan rencana penggulingan Presiden Rodrigo Duterte dan pembunuhan pemimpin komunis Jose Maria Sison, ole badan intelejen AS CIA.
Menurut Asiancorrespondent, seorang pejabat NDF yang tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa perwira angkatan bersenjata Filipina yang merupakan aset CIA serta dekat dengan Jenderal AFP. Eduardo Ano, terlibat dalam rencana plot untuk membunuh Sison dan menggulingkan Duterte.
Meski belum dikonfirmasi, NDF mengatakan bahwa pihaknya terus melakukan demonstrasi untuk menggagalkan upaya tersebut. Kooalisi komunis mengklaim plot pertama rencana itu, melibatkan pembunuh bayaran yang dikirim ke tempat pengasingan Sison di Belanda.
Pembunuhan itu akan dilakukan di bawah persetujuan Duterte atau Ano, di tengah proklamasi darurat militer nasional.
NDF juga menambahkan bahwa menutu mereka, orang-orang yang putus sekolah dari Tentara Rakyat Baru Komunis akan dijadikan kambing hitam, padahal pembunuhan itu dilakukan oleh pasukan elit AFP atau brigade lain.
Setelah Sison terbunuh, tahap kedua dalam plot itu, adalah rencana penggulingan Duterte, dengan klaim dugaan hubungannya dengan komunis.
NDF menjelaskan, hal itu akan dibuat seolah-olah disebabkan oleh pengkhianatan Duterte terhadap aliansi dengan AS karena dukungannya terhadap Rusia dan China, dan sikap pilih kasih terhadap petugas militer dan polisi tertentu. Plot dugaan itu juga merupakan balasan terhadap Duterte karena gagal menyelesaikan masalah narkoba secara ilegal di negara tersebut, di tengah gendarnya tuduhan terjadinya pelanggaran HAM.
AFP bagaimanapun membantah klaim NDF tersebut, dan menolaknya sebagai propaganda. "Tidak benar sama sekali, ini merupakan propaganda untuk mendapatkan simpati dari golongan anti-AS," ujar juru bicara AFP Brig Gen.
"Ini adalah pernyataan yang tidak masuk akal," tambahnya. Sejak 1971 organisasi komunis di negara tersebut telah melakukan konflik dengan pasukan pemerintah, dalam sebuah pemberontakan yang telah menewaskan lebih dari 43 ribu orang.
KEYWORD :Internasional Amerika Serikat Filipina CIA Intelejen