Keluarga muslim Rohingya mencoba kabur ke Bangladesh (Foto: Investing)
Bangladesh - Hampir 9000 muslim Rohingya telah melarikan diri dari rezim yang melakukan kekerasan terhadap kaum mereka, sementara ribuan lainnya terjebak di perbatasan antara Myanmar-Bangladesh.
Serangkaian serangan terkoordinasi gerilyawan Rohingya terhadap pasukan keamanan di bagian utara Rakhine, Myanmar, pada hari Jum`at lalu,, telah memicu terjadinya eksodus terhadap muslim di Rohingya, sementara pemerintah Myanmar mencoba mengevakuasi ribuan umat Buddha Rakhine.
PBB sangat mengutuk serangan tersebut, dan menekan pihak Myanmar untuk melindungi kehidupan sipil, tanpa melakukan diskriminasi, pihak PBB juga mengajukan banding ke Bangladesh agar membiarkan orang-orang yang melarikan diri ke negara mereka.
"Suasana sangat mengerikan, rumah-rumah dibakar, semua orang lari dari rumahnya, orang tua saling terpisah dnegan anak-anaknya, beberapa hilang, ada juga yang meninggal," ujar Abdullah (25), seorang warga Rohingya dari desa Mee Chaung Zay di wilayah Buthidaung.
Abdullah sendiri mengungkapkan pada pihak Reuterse, dirinya juga telah bersiap-siap untuk melarikan diri. Sedikitnya 109 orang tewas dalam bentrokan dengan gerilyawan, menurut keterangan pemerintah Myanmar, kebanyakan yang tewas berasall dari pasukan militan, beberpa lainnya merupakan anggota pasukan keamanan dan warga sipil.
Perlakuan terhadap sekitar 1,1 juta muslim Rohingya di Myanmar telah menjadi tantangan terbesar pemimpin nasional Aung San Suu Kyi, yang telah disudutkan oleh para kritikus karena tidak berbicara atas nama minoritas, yang telah lama mengeluhkan penganiayaan tersebut.
Warga Rohingya ditolak kewarganegaraannya di Myanmar, dan dianggap sebagai imigran ilegal. Kekerasan tersebut menandai peningkatan dramatis konflik yang telah merebak semenjak Oktober, ketika serangkaian serangan yang jauh lebih kecil terjadi.
Abdullah, seorang warga Rohingya yang masih berada di Myanmar, mengatakan empat dari enam dusun di desanya telah dibakar oleh pasukan keamanan. Hal itulah yang memicu warga berbondong-bondong melarikan diri ke Bangladesh.
Dia dan ribuan penduduk desa lainnya, berkumpul di desa yee Hnoke THee di kaki pegunungan Mayu. Bersama istri dan anak perempuannya yang baru berusia 5 tahun, Abdullah memasak nasi ketan, dan mengambil lembaran plastik serta botol air kosong, sebagai persiapan untuk menempuh perjalanan sejauh 20 km menuju ke pegunungan perbatasan.
KEYWORD :Muslim Rohingya Myanmar Rohingya