Keluarga muslim Rohingya mencoba kabur ke Bangladesh (Foto: Investing)
Jakarta - Penjaga pantai Bangladesh menemukan mayat 20 warga Rohingya yang terseret gelombang air saat menyeberang ke Bangladesh di tengah eksodus besar-besaran yang melonjak tajam dari negara bagian Rakhine pada Jumat (18/8) hingga saat ini.
Para korban kebanyakan wanita dan anak-anak minoritas Rohingya, saat mencoba membebaskan diri dari kekerasan militer Myanmar, menyusul pemberontak Rohingya menyerang 30 kantor militer Myanmar di kota Rakhine, Myanmar Utara, pada Jumat (18/8)
Dalam permberontakan tersebut,sebagian besar gerilyawan, terbunuh dan sekitar 27.000 Muslim Rohingya melarikan diri dengan rasa ketakutan. Pihak berwenang di Bangladesh melaporkan, masyarakat Rohingya putus asa dan berusaha melarikan diri dengan kapal-kapal nelayan.
Chelsea Sepakati Kontrak Joao Felix hingga 2030
Seorang pejabat penjaga pantai kepada kantor berita AFP mengatakan para migran mencoba melarikan diri menggunakan kapal nelayan yang tak memenuhi standar kelayakan menyusuri laut di sekitar Bangladesh.
Perserikan Bangsa Bansa (PBB) di Bangladesh pada Kamis melaporkan sekitar 27.400 orang diperkirakan melewati perbatasan sejak Jumat, meningkat dibandingkan sehari sebelumnya sekitar 18.000
International Organization for Migration (IOM) sulit untuk menghitung korban melarikan diri dari tanah kelahiran mereka, sebab beberapa orang masih terjebak di antara negara-negara tersebut. Pekerja bantuan yang memberikan tempat penampungan darurat dan makanan di Bangladesh mengatakan para pengungsi berada dalam keadaan putus asa dan ketakutan
“Orang-orang trauma. Juga beberapa pendatang baru memiliki luka peluru baru-baru ini,“ kata Sanjukta Sahany dari IOM
Perlu diketahui Rakhine, merupakan wilayah termiskin di Myanmar (juga disebut Burma), rumah bagi lebih satu juta orang Muslim Rohingya. Ia menghadapi puluhan tahun penganiayaan di Myanmar mayoritas beragama Buddha. Selain dianiaya, mereka juga tak dianggap sebagai warga negara Neymar.
Kekerasan demi kekerasan yang mematikan terus terjadi beberapa tahun terakhir. Kekerasan yang paling memanas sejak Oktober 2016, ketika sembilan polisi tewas dalam serangan terhadap pos perbatasan.Kekerasan tersebut terjadi beberapa hari setelah sebuah komisi internasional yang dipimpin oleh mantan kepala PBB Kofi Annan memperingatkan lebih banyak radikalisasi jika ketegangan etnis tidak ditangani.
KEYWORD :
Rohingya Myanmar Rakhine