Sabtu, 23/11/2024 16:11 WIB

INTERNASIONAL

Giliran Myanmar Cari Suaka dari China dan Rusia

Pemerintah Myanmar mengatakan pihaknya sedang melakukan perundingan dengan China dan Rusia untuk membujuk mereka memblokir kecaman Dewan Keamanan PBB

Pengunsi Rohingya (Foto: AFP)

Jakarta - Pemerintah Myanmar mengatakan pihaknya sedang melakukan perundingan dengan China dan Rusia untuk membujuk mereka memblokir kecaman Dewan Keamanan PBB atas kekerasan terhadap Muslim Rohingya.

Penasihat Keamanan Nasional Myanmar, Thaung Tun dalam  konferensi pers di ibukota Naypyitaw mengatakan, Myanmar mengandalkan China dan Rusia, keduanya anggota tetap Dewan Keamanan untuk memblokir resolusi PBB mengenai krisis tersebut.

“Kami sedang bernegosiasi untuk bantuan Dewan Keamanan,” katanya. “China adalah teman kita, dan kita memiliki hubungan yang sama dengan Rusia sehingga tidak mungkin masalah itu terus berlanjut.”

Menurut perkiraan terakhir yang dikeluarkan oleh pekerja PBB yang beroperasi di Bangladesh, pengungsi hanya dalam hitungan 12 hari mencapai 150.000. Jadi sekitar 233.000 jumlah total pengunsi Rohingya yang mencari perlindungan di Bangladesh sejak Oktober lalu.

Rohingya yang baru tiba di Bangladesh megatakan kepada pihak berwenang, tiga kapal yang membawa lebih dari 100 orang tenggelam pada Rabu dini. Komandan Coastguard MS Kabir mengatakan enam mayat, termasuk tiga anak, hanyut  mengapung ke darat.

Kekerasan terbaru dimulai saat gerilyawan Rohingya menyerang puluhan pos polisi dan sebuah pangkalan militer. Bentrokan berikutnya adalah serangan balik militer setidaknya 400 orang dan memicu eksodus penduduk desa ke Bangladesh.

Myanmar meletakkan ranjau darat di bagian perbatasannya dengan Bangladesh selama tiga hari terakhir, dua sumber pemerintah di Dhaka mengatakan, seraya menambahkan bahwa kembalinya Muslim Rohingya melarikan diri dari kekerasan.

Bangladesh secara resmi akan mengajukan demonstrasi pada Rabu melawan peletakan ranjau darat yang begitu dekat dengan perbatasan, kata sumber masalah sensitivitas dari masalah tersebut.

KEYWORD :

Rohingya Bangladesh Myanmar PBB China Rusia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :