Sekjen PBB Antonio Guterres (Foto: Financial Tribune)
New York - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Antonio Guterres mendesak pihak berwenang di Myanmar menghentikan kekerasan etnis Rohingya yang mayoritas beragama Budha.
Guterres mengakui konflik yang sedang berlangsung di Myanmar adalah bencana bencana kemanusiaan yang paling besar. Karena itu, ia meminta semua negara melakukan apa yang mereka bisa untuk menyediakan bantuan.
“Saya meminta pihak berwenang di Myanmar untuk menangguhkan tindakan militer, mengakhiri kekerasan, menjunjung tinggi supremasi hukum dan mengakui hak untuk mengembalikan semua orang yangmeninggalkan negara tersebut,“ kata Guterres pada konferensi pers, dikutip dari Arab News, Kamis (14/9)
Ketika ditanya apakah situasi di Myanmar adalah upaya pembersihan etnis, Guterres mengatakan, “Saya akan menjawab pertanyaan Anda dengan sebuah ilustrasu lain. Ketika sepertiga populasi Rohingya harus melarikan diri dari negara tersebut, bisakah Anda menemukan kata yang lebih baik untuk menggambarkannya?"
Sekretaris jenderal tersebut juga mengatakan, telah berbicara dengan Aung San Suu Kyi, pemimpin nasional Myanmar, beberapa kali. “Ini adalah tragedi yang sangat dramatis. Masyarakat sekarat dan menderita dalam jumlah yang mengerikan dan kita perlu menghentikannya. Itulah perhatian utama saya,“katanya.
Mahasiswa Bangladesh Berencana Bentuk Partai Baru untuk Cegah Pemerimtahan Otoriter Berulang
Pada Rabu, Suu Kyi membatalkan perjalanan menghadiri Majelis Umum PBB pekan depang untuk menangani krisis tersebut. Dewan Keamanan PBB akan bertemu pada Rabu di belakang pintu tertutup untuk kedua kalinya sejak krisis meletus. Duta Besar Inggris untuk PBB Matthew Rycroft berharap akan ada sebuah pernyataan publik yang disepakati oleh dewan tersebut.
Pemerintah Myanmar, yang juga dikenal sebagai Burma, mengatakan pasukan keamanannya memerangi militan Rohingya di balik kekerasan di negara bagian Rakhine pada 25 Agustus, dan sebisa mungkin menghindari kekerasan terhadap warga sipil. Pemerintah mengatakan sekitar 400 orang tewas dalam pertempuran tersebut, yang terakhir terjadi di negara bagian barat.
Pejabat tinggi hak asasi manusia PBB awal pekan ini mengecam Myanmar karena melakukan operasi militer yang kejam terhadap Rohingya, yang mencapnya sebagai upaya pembersihan etnis.
KEYWORD :Rohingya Myanmar Bangladesh PBB