Pengunsi Rohingya (Foto: AP)
Jakarta - Organisasi Amnesty Internasioanl mengatakan militer Myanmar terindikasi menjalankan taktik bumi hagus terhadap etnis Rohingya di negara Bagian Rakhine. Hal itu tampak tampak bagimana militer Myanmar membakar seluruh desa Rohingya dan menembaki warga yang mencoba melarikan diri.
Menurut data citra satelit baru, data deteksi kebakaran, foto dan video dari lapangan, kelompok hak asasi manusia mengatakan padaKamis, setidaknya ada 80 kebakaran berskala besar di daerah-daerah yang didiami di negara bagian Rakhine utara sejak 25 Agustus.
“Buktinya tidak terbantahkan, pasukan keamanan Myanmar sedang menetapkan negara bagian Rakhine utara terbakar dalam sebuah kampanye yang ditargetkan untuk mendorong orang-orang Rohingya keluar dari Myanmar,“ kata Tirana Hassan, Direktur Penanggulangan Krisis Amnesty International, dikutip Al jazeera, Jumat (15/9)
Mahasiswa Bangladesh Berencana Bentuk Partai Baru untuk Cegah Pemerimtahan Otoriter Berulang
“Jangan salah, ini adalah pembersihan etnis,“ tegas Hassan
Sedikitnya 370.000 orang Rohingya diperkirakan melarikan diri dari Negara Bagian Rakhine ke negara tetangga Bangladesh setelah pejuang dari Arakan Rohingya Solidarity Army (ARSA) menyerang pos polisi, yang memicu serangan militer besar-besaran.
Pada Rabu (13/9), Pemerintah Myanmar mengatakan, hampir 40 persen desa Rohingya dijadikan sebagai sasaran atau “operasi pembersihan.“ Sekitar 176 dari 471 desa yang sudah kosong orang, dan 34 desa lainnya, juga berangsur ditinggalkan
Dalam laporan tersebut, warga Rohingya mengatakan, tentara, polisi dan kelompok main hakim sendiri kadang-kadang mengepung sebuah desa dan menembak ke udara sebelum menyerang, namun seringkali menyerang dan mulai menembaki ke segala arah tanpa pemberitahuan.
“Ketika militer datang, mereka mulai menembaki orang-orang yang sangat ketakutan dan mulai berlari, saya melihat militer menembak banyak orang dan membunuh dua anak laki-laki. Mereka menggunakan senjata untuk membakar rumah kami,“ jelas warga yang selamat.
“Dulu ada sekitar 900 rumah di desa kami, sekarang hanya 80 yang tersisa. Tak ada yang tersisa untuk mengubur mayat para korban,“ tambanya
Amnesty mengatakan bahwa pihaknya dapat menguatkan pembakaran dengan menganalisis foto-foto yang diambil dari seberang Sungai Naf di Bangladesh, yang menunjukkan kepulan asap yang meningkat di dalam Myanmar.
Organisasi hak asasi internasional mengatakan bahwa di beberapa daerah, pemerintah daerah memperingatkan desa-desa terlebih dahulu bahwa rumah mereka akan dibakar, sebuah indikasi yang jelas bahwa serangan tersebut disengaja dan direncanakan.
Seorang saksi mata dari desa Pan Kyiang di kota Rathedaung mengatkan bagaimana pada pagi hari 4 September, militer datang dengan administrator desa, ia mengatakan pada pukul 10 pagi hari ini kalian sebaiknya pergi, karena semuanya akan dibakar.
KEYWORD :
Myanmar Bangladesh Rohingya