Sabtu, 23/11/2024 19:11 WIB

Internasional

PBB Beri Kesempatan Aung San Suu Kyi Tangani Konflik Myanmar

Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres memberi kesempatan terakhir kepada Pemimpin Birma Aung San Suu Kyi untuk menghentikan krisis Rohingya

Pengungsian Rohingnya Myanmar

Jakarta - Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres memberi kesempatan terakhir kepada Pemimpin Birma Aung San Suu Kyi untuk menghentikan krisis Rohingya.

“Ia punya kesempatan  terakhir untuk menghentikan krisis tersebut, dan mengembalikka keadaan seperti semula," kata Guterres dalam sebuah wawancara dengan BBC.  Jika tidak, katanya lebih lanjut, “tragedi itu akan sangat mengerikan.“

Suu Kyi, penerima Hadiah Nobel Perdamaian, menghadapi tekanan yang semakin besar atas tindakan militer Birma terhadap kelompok etnis Rohinya yang memasksa ratusan ribu melarikan diri dari negara tersebut.

Dalam tiga pekan terakhir, diperkirakan 410.000 anggota minoritas Muslim Rohingya melarikan diri dari negara bagian Rakhine barat ke Bangladesh untuk menghindari serangan militer  Myanmar.

Mereka yang melarikan diri dari negara tersebut dalam foto yang memanjat pagar pagar kawat berduri dan menghindari ranjau darat yang diletakkan di daerah perbatasan untuk mencegah Rohingya kembali.

Di Bangladesh, lembaga bantuan khawatir tidak memiliki kapasitas untuk mengatasi arus masuk pengungsi yang besar, yang sebagian besar tiba dengan kelaparan dan tanpa pakaian atau persediaan.

Pekan lalu, dua perempuan dan seorang anak terbunuh saat rebutan bantuan di sebuah kamp pengungsi di Cox`s Bazar, Bangladesh, dan tiga orang lainnya tewas pada Jumat juga saat rebutan bantuan dilemparkan dari lori, di daerah kota Balukhali Pan Bazar saat pasokan 

“Banyak pengunsi yang datang dengan lapar, kelelahan dan tanpa makanan atau air,“ Mark Pierce, direktur negara Bangladesh untuk badan bantuan Save the Children mengatakan dalam sebuah pernyataan.

“Saya sangat khawatir, permintaan akan bantuan makanan, tempat tinggal, air dan kebersihan dasar tidak terpenuhi karena banyaknya orang yang membutuhkan. Jika keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka, penderitaan akan semakin buruk hingga bisa merenguk nyawa mereka,“ tambahnya

KEYWORD :

PBB Rohingya Myanmar Bangladesh




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :