Bendera kebangsaan Korea Utara (L) dan China (Foto: Ng Han Guan)
Jakarta - Pemerintah China mengumumkan membatasi pasokan energi ke Korea Utara dan berhenti membeli tekstilnya, sesuai dengan sanksi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) terhadap rezim Kim Jong-un terkait senjata nuklir Pyongyang yang sedang berlangsung.
DK PBB baru-baru ini dengan suara bulat mengeluarkan sebuah resolusi yang dirancang oleh Amerika Serikat yang mewajibkan sanksi baru yang lebih keras terhadap Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK).
Dilansir Sputinik, Senin (25/9), Kementerian Perdagangan China mengatakan,sejalan dengan keputusan tersebut, Beijing membatasi ekspor minyak mentah ke DPRK menjadi 2 juta barel per tahun, mulai 1 Januari 2018.
Sesekali Bentrok soal Batas Laut Cina Selatan, Tiongkok-Vietnam Menandatangani 14 Kesepakatan
China juga mencabut Pyongyang dari salah satu sumber pendapatan luar negeri terakhirnya dengan melarang impor tekstil dari tetangganya yang bermasalah. Beijing menyumbang sekitar 90 persen perdagangan Korea Utara, membuat kerja sama penting untuk setiap usaha untuk menggagalkan pengembangan senjata nuklir Pyongyang dan rudal jarak jauhnya.
Menjadi mitra dagang Korea Utara, Beijing enggan memberi tekanan pada rezim tersebut, karena khawatir hal itu dapat menghancurkan hubungan kedua negara dan merugikan warga Korea Utara.
Beijing juga tidak geram dengan fakta, China menanggung sebagian besar biaya untuk menerapkan sanksi yang dipimpin Amerika Serikat, yang merugikan bisnis China di negara timur laut itu. Tapi karean Pyongyang melanggar ataran PBB, China sepakat untuk menekan DPRK lebih keras, dan mendukung putaran terakhir sanksi PBB.
Menanggapi sanksi yang baru diberlakukan, kantor berita resmi KCNA Korea Utara mengancam, semakin banyak sanksi yang dikenakan pada Pyongyang, semakin cepat negara tersebut akan pindah untuk menyelesaikan rencana nuklirnya.
“Tekanan drastis dari Amerika Serikat dan dan mitranya untuk menjatuhkan sanksi dan tekanan pada DPRK hanya akan meningkatkan langkah kita menuju penyelesaian akhir dari kekuatan nuklir negara,“ menurut pernyataan KCNA.
Cui Tiankai, duta besar China untuk AS, mendesak Presiden AS Donald Trump untuk terus-menerus mengancam Korea Utara dan fokus untuk membangun jembatan pemahaman dan negosiasi.
KEYWORD :
China Pyonyang Korea Utara