Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov
Jakarta - Kementerian Luar Negeri Rusia mengkritik strategi baru Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang lebih ketat terhadap pemerintah Iran pada Jumat (13/10). Ia menyebut Trump menggunakan retorika yang lebih agresif dan mengancam.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Moskow menegaskan sekali lagi, tak dapat dibenarkan penggunaan retorika agresif dan mengancam. Penggunaa cara seperti itu untuk memecahkan masalah yang menyentuh kepentingan keamanan mendasar negara lain pasti akan gagal.
Pemerintah Rusia sangat menyangkan atas keputusan Trump untuk menarik dukungannya untuk kesepakatan nuklir Iran 2015. Meski begitu ia mengharapkan sepakatan tersebut tetap dihormati.
"Kami melihat (keputusan) sebagai elemen perdebatan domestik dalam kerangka undang-undang nasional Amerika Serikat," katanya. "Kami berharap langkah ini tidak akan berdampak langsung pada pelaksanaan kesepakatan."
Trump mengeluarkan strategi ketatnya pada Jumat untuk mengecek rezim fanatik Iran, tapi berhenti menarik diri dari kesepakatan nuklir yang penting, meninggalkan keputusan tersebut di tangan Kongres Amerika Seriakt.
Pernyataan Rusia tersebut menegaskan, kesepakatan nuklir berkontribusi untuk memperkuat perdamaian dan keamanan internasional. "Iran benar-benar mematuhi tanggung jawabnya," kata kementerian luar negeri tesebut menambahkan.
Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov lebih lanjut mengatakan kepada kantor berita Interfax, "Rusia tetap berkomitmen terhadap Rencana Aksi Komprehensif Bersama, tertarik untuk mempertahankannya dan akan terus menjalankan kewajibannya. Kami meminta pihak-pihak lain untuk melakukan hal yang sama."
Serangan ke Kursk Hancurkan Tiga Jembatan, Presiden Ukraina Sebut Pembalasan Rusia hanya Gertakan
Sikap anggota parlemen Amerika Serikat agak mengkhawatirkan, saya bahkan akan mengatakannya suram," tambahnya, demikian Al araby, Sabtu (14/10)
KEYWORD :Iran Kesepakatan Nuklir Amerika Serikat Rusia