Presiden Filipina, Rodrigo Duterte (Foto: Reuters)
Jakarta - Presiden Filipina Rodrigo Duterte memperingatkan akan mendirikan pemerintahan revolusioner untuk menangkis upaya yang telah dilakukan selama pemerintahannya.
Peringatan itu disiarkan televisi pemerintah akhir Jumat saat mencerca pers, anggota parlemen Eropa dan kritikus lainnya terkait perang obat bius yang menelan nyawa ribuan orang dan peringatkan kelompok hak asasi atas kejahatan terhadap kemanusiaan.
Duterte mengatakan akan menggunakan sebuah pemerintahan revolusioner, yang bertentangan dengan undang-undang darurat militer yang memerlukan persetujuan kongres, jika komunis dan lawan-lawan lainnya berusaha mengacaukan peraturannya.
"Jika destabilisasi sedang terjadi dan sekarang sudah kacau, saya tidak akan ragu mengumumkan sistem pemerintahan revolusioner hingga akhir masa jabatan saya, dan saya akan menangkap kalian semua dan kami dapat melakukan perang skala penuh," kata Duterte mengacu pada komunis yang melakukan pemberontakan hampir 50 tahun.
Duterte mengutip preseden yang ditetapkan oleh Corazon Aquino, yang mendirikan pemerintahan revolusioner segera setelah memimpin pemberontakan "People Power" pada tahun 1986 yang mengakhiri kediktatoran Ferdinand Marcos.
Aquino memecat semua pejabat terpilih, menghapuskan Kongres dan merobek konstitusi 1973 yang mendukung sebuah piagam sementara. Ia menunjuk komisi untuk menulis sebuah konstitusi baru, yang diratifikasi oleh plebisit pada 1987 dan membuka jalan bagi pemilihan. Ia dihormati oleh banyak orang Filipina yang terus melihatnya sebagai pahlawan demokrasi.
Di bawah konstitusi pasca-Aquino, presiden dibatasi untuk jangka waktu enam tahun.
Kritikus Duterte mengkhawatirkan anak berusia 72 tahun, yang berulang kali mengancam akan mengenakan darurat militer, bertekad menyeret negara tersebut kembali ke kediktatoran dan membiarkan dirinya lebih bebas dalam menuntut perang obat biusnya.
Duterte terpilih tahun lalu sebagian berjanji akan memberantas obat-obatan terlarang di masyarakat sudah mengeksekusi 100.000 orang. Sejak ia menjabat 15 bulan yang lalu, polisi melaporkan pembunuhan 3.850 orang dalam operasi anti-narkoba sementara ribuan orang lainnya dibunuh dalam keadaan yang tidak dapat dijelaskan.
Banyak warga Filipina yang mendukung Duterte, ia melihatnya penyelamat yang memerangi korupsi dan kejahatan. Namun oposisi mulai membangun, dengan Gereja Katolik dan kelompok kiri yang berpengaruh mengambil peran penting dalam berbicara melawan perang obat biusnya, demikian AFP, Sabtu (14/10)
KEYWORD :
Filipina Narkoba Duterte