Bala tentara militer Filipina di Marawi
Jakarta - Militer Filipina menprediksi kemungkinan besar pemimpin Islamic State Iraq and Syria (ISIS) di Asia Tenggara tewas dalam baku tembak yang berlangsung malam tadi.
Tiga belas pemberontak di antara sejumlah ISIS bersembunyi di jantung kota Marawi lenyap terbunuh dalam operasi tersebut, dan Mahmud Ahmad, kemungkinan berada di antara mayat-mayat tersebut, kata komandan satuan tugas komandan Kolonel Romeo Brawner.
"Ada kemungkinan besar, Mahmud termasuk di antara mayat-mayat itu. Namun kami akan mencocokan dengan sampel DNA, mungkin catatan gigi," kata Brawner kepada wartawan, dilansir Reuters, Kamis (19/10)
Proses Akuisisi PT Jembatan Nusantara oleh ASDP Bermasalah, KPK: Kapal Tak Sesuai Spesifikasi
Jika benar Mahmud berada di antara mayat-mayat itu, makan akan menjadi pukulan ISIS mana pun yang berada di kaki belakang Suriah dan Irak, untuk mendirikan sebuah kekhalifaan di Mindanao, sebuah pulau besar di Filipina.
Mahmud, salah pria paling dicari di Malaysia. Ia diyakin berperan mendanai pengepungan Marawi, yang berlangsung hampir lima bulan dan menelan ribuan orang. Beberapa ahli mengatakan Mahmud digadang-gadang jadi pemimpin ISIS di Asia Tenggara menyusul kematian Isnilon Hapilon, kepala aliansi militan yang mengepung Marawi, pada Senin (15/10)
Hapilon, pemimpin faksi kelompok Abu Sayyaf dan yang dicari oleh Biro Investigasi Federal Amerika Serikat, tewas dini hari Senin bersama Omarkhayam Maute, salah satu dari dua pemimpin klan militan Maute, yang bekerja sama mengembangkan kehalifaan di Filipina selatan.
Aliansi ini diperkuat oleh para pejuang dari Indonesia, Malaysia, Singapura dan Timur Tengah, di antara negara-negara lain, dan Mahmud, seorang mantan dosen universitas berusia 39 tahun, diyakini berperan penting menyalurkan dana untuk membiayai operasi tersebut.
Ia pernah terlihat dalam sebuah video bersama Hapilon dan saudara laki-laki Maute yang merencanakan pengepungan Marawi. Pakar keamanan mengatakan, ia belajar di Pakistan sebelum pergi ke Afghanistan belajar merakit bom di sebuah kamp al Qaeda.
Ia meninggalkan Malaysia pada 2014. Brawner mengulangi, militer tidak yakin akan kematian Mahmud dan masih berusaha menentukan berapa banyak pejuang yang tersisa. Resistensi masih ada. Sebenarnya, kita bisa mendengar dari latar belakang, pertempuran sedang berlangsung, "katanya, saat baku tembak sebentar-sebentar terdengar.
KEYWORD :Filipina ISIS Mahmud Ahmad Abu Sayyaf