Mantan Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter (Foto: Yonhap via AP)
Washington - Mantan Presiden Amerika Serikat ke-39, Jimmy Carter bersedia jadi perantara negosiasi terkait program rudal dan nuklir Korea Utara. Hal itu disampaikna dalam wawancara yang berlangsung di rumahnya, di Georgia.
Pria yang berusia 93 tahun itu mengatakan telah mencurahkan keiginannya kepada penasihat teknis keamanan Presiden Donald Trump, H.R. McMaster, namun sejauh ini masih ditanggapi negatif.
"Saya akan pergi, ya. Saya mengatakan kepada (McMaster), saya tersedia jika mereka membutuhkan," katanya dilansir New York Times pada Minggu, (22/10).
Ia mengatakan, pemimpin Korea Utara saat ini, Kim Jong-un, sulit diprediksi dan dapat menggunakan senjata nuklir jika ia merasa berada di bawah ancaman Trump.
"Saya pikir mereka sekarang sudah memiliki senjata nuklir canggih yang bisa menghancurkan Semenanjung Korea dan Jepang, dan beberapa wilayah terpencil kami di Pasifik, bahkan mungkin daratan kami," kata Carter.
Rudal Jarak Jauh Terbaru Angkatan Laut AS dapat Mengubah Keseimbangan di Laut Cina Selatan
Korea Utara menguji dua rudal jarak jauh pada bulan Juli dan yang diklaimnya merupakan bom hidrogen bulan lalu. Hal itu mendorong Trump untuk melepaskan serangkaian ancaman yang mengancam saat menghapus rezim tersebut.
"Saya juga takut, tentang situasi," kata Carter. "Saya tidak tahu apa yang akan mereka lakukan, karena mereka ingin menyelamatkan rezim mereka."
Penerima hadiah Nobel pada 2002 itu menunjukkan, bahwa pengaruh China terhadap Korea Utara sangat dilebih-lebihkan, terutama karena tidak adanya kontak antara Kim dan Beijing.
Mantan presiden pada 1994 menyambangi Pyongyang untuk mencari solusi terkait kebuntuan nuklir, dan sekali lagi pada 2010, ia memenangkan pembebasan seorang warga Amerika yang ditahan.
KEYWORD :
Korea Utara Amerika Serikat Rudal