Aung San Suu Kyi (Foto: Reuters)
Myanmar - Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi untuk kali pertamnya berkunjung ke negara bagian Rakhine utara yang dilanda konflik sejak akhir Agustus lalu, Kamis (2/11)
"Penasihat Negara (jabatan resmi Suu Kyi) sekarang berada di Sittwe dan akan pergi ke Maungdaw dan Buthiduang juga. Ini hanya perjalanan sehari," kata juru bicara pemerintah Zaw Htay mengatakan kepada AFP
Tidak jelas apakah Suu Kyi akan mengunjungi beberapa dari ratusan desa Rohinyga yang dibakar oleh tentara - yang diduga dibantu oleh penduduk asli etnis Rakhine - atau ia akan mengunjungi kelompok etnis yang tersisa dalam ketakutan dan kelaparan yang dikelilingi oleh tetangga yang bermusuhan.
Ribuan lainnya diyakini masih berkemah di pantai dekat Maungdaw menunggu kapal ke Bangladesh dalam kondisi yang semakin parah. Rohingya tak diakui di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha, karena mereka disebut imigran ilegal, Bengali.
Mahasiswa Bangladesh Berencana Bentuk Partai Baru untuk Cegah Pemerimtahan Otoriter Berulang
Pengamat mengatakan, Suu Kyi, memilih tidak mengkritik tentara karena takut mendapat serangan balasan dari sebuah institusi kuat yang mengendalikan semua masalah keamanan.
Situasi buruk Rohingya juga menimbulkan sedikit simpati di dalam Myanmar, membuat pertahanan minoritas tersebut menjadi penyebab politis yang tidak populer di tengah meningkatnya sentimen nasionalisme Buddhis.
Suu Kyi mengepalai sebuah komite yang bertugas membangun kembali Rakhine dan memulangkan Rohingya dari Bangladesh yang memenuhi kriteria ketat untuk masuk kembali ke Myanmar.
Pada Rabu, juru bicara Zaw Htay menuduh Bangladesh menunda dimulainya proses repatriasi. Dhaka belum mengirim daftar resmi Rohingya yang telah melarikan diri sejak 25 Agustus, katanya kepada AFP.
Rohingya memadati kamp darurat di sebuah tanah perbatasan yang sudah penuh sesak di Bangladesh. Kelompok bantuan mengatakan, risiko wabah penyakit utama tinggi sementara mereka berjuang untuk memberikan makanan dan persediaan dasar kepada jumlah pengungsi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
KEYWORD :Myanmar Bangladesh Rohignya PBB