Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Jakarta – Pemerintah sedang mengkaji kebijakan baru untuk mempersingkat durasi jenjang sarjana, magister hingga doktor. Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Mensristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan kuliah S1 (sarjana) hingga S3 (doktor) nantinya cukup ditempuh dalam waktu enam tahun saja.
“Ketika mereka di semester tujuh, bisa langsung masuk semester satu di program magister. Dan ketika semester delapan di S1, otomatis semester dua di S2,” kata Menristekdikti, Kamis (16/11) di Jakarta.
Selanjutnya, kata Menteri Nasir, setelah lulus dari S1 mahasiswa yang bersangkutan bisa melanjutkan ke S2 dimulai dari semester tiga. Berada di semester tiga di jenjang S2, dihitung masuk semester satu di jenjang S3, dan semester tiga di S2 terhitung semester dua di S3.
“Kita bisa menghemat satu tahun. Kalau awalnya S2 harus dua tahun, ini bisa satu tahun. Lalu nanti ketika masuk S3 langsung di semester tiga, dan bisa ditempuh dalam waktu dua tahun,” jelasnya.
Menteri Nasir menargetkan, jika program ini nantinya dibakukan, maka perguruan tinggi dapat mencetak para doktor di usia 24 tahun. “Mahasiswa kita bisa lulus lebih cepat,” ujar Nasir.
Wacana kebijakan ini bukan hal baru. Program serupa pernah diterapkan oleh Universitas Indonesia (UI), dengan nama Fast Track. Fast Track adalah program integrasi kuliah S1 hingga S2 yang ditempuh dalam waktu lima tahun. Namun sayang, program tersebut kini terhenti karena kekurangan dana.
“Yang menjadi kesulitan itu ialah mencari dana dan beasiswa. Tidak mudah mendapatkan beasiswa, karena LPDP juga belum mendukung program Fast Track. Padahal program ini luar biasa, karena sejak awal kita memilih anak-anak berbakat. Tiga tahun kuliah di UI, dan dua tahun kita kirim ke Prancis. Artinya dalam waktu lima tahun mereka bisa dapat ijazah Prancis untuk gelar magister, dan UI untuk sarjana,” kata Profesor Teknik Sipil UI Prof. Irwan Katili.
Irwan menyambut terobosan percepatan yang diusung oleh Kemristekdikti. Menurutnya dengan adanya integrasi perkuliahan S1 sampai S3, setidaknya bisa mempercepat mahasiswa meraih gelar doktor.
“Masalah sekarang, ketika akan doktor mereka ulang lagi dari awal. Itu belum lagi mencari beasiswanya. Bisa setahun dua tahun. Kalau seperti yang dibilang oleh Pak Menteri, itu pasti memungkinkan untuk menjadi doktor dalam waktu tujuh sampai delapan tahun,” terangnya.
KEYWORD :Pendidikan Kemristekdikti Mohamad Nasir