Bendera Israel berkibar di depan Kubah masjid Shakhrah dan kota Yerusalem (AFP/Thomas Coex)
Riyadh - Pemerintah Arab Saudi menyuarakan keprihatinan serius dan mendalam terkait kemungkinan rencana Amerika Serikat mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel. Ia mengatakan tindakan tersebut dapat berdampak serius terhadap konflik Palestina-Israel.
Presiden Donald Trump menghadapi sebuah keputusan penting minggu ini terkait status Yerusalem, yang berpotensi membalikkan kebijakan Amerika Serikat dan mendorong kecaman dari orang-orang Palestina dan dunia Arab.
"Arab Saudi mengungkapkan keprihatinan mendalam atas laporan bahwa pemerintah Amerika Seriakt bermaksud untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, dan untuk memindahkan kedutaannya ke Yerusalem," kata badan resmi Saudi Press Agency, mengutip sumber kementerian luar negeri.
"Langkah ini akan memiliki implikasi serius dan akan semakin mempersulit konflik Palestina-Israel. Ini juga akan menghambat upaya berkelanjutan untuk menghidupkan kembali proses perdamaian," tambahnya dilasir Arab News, Rabu (6/12)
Status Yerusalem adalah salah satu isu yang paling diperdebatkan dari konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung lama. Pada Senin (4/12) Trump menunda keputusan mengenai Yerusalem sebagai ibukota Israel dan memindahkan kedutaan Amerika Serikat di sana.
Gedung Putih mengatakan Trump akan melewatkan tenggat waktu untuk memutuskan memindahkan kedutaan dari Tel Aviv, setelah mendapat peringatan 48 jam dari sekutu dan panggilan telepon pribadi antara para pemimpin dunia.
Presiden yang lincah belum membuat keputusan akhir, kata beberapa pejabat, namun diperkirakan tidak akan segera memindahkan kedutaan ke Yerusalem, sebuah kampanye utama yang telah ditunda sekali oleh pemerintah baru.
Jurgen Klopp Tolak Tawaran Latih Timnas AS
Yerusalem Amerika Serikat Arab Saudi