Sabtu, 23/11/2024 14:01 WIB

Pemimpin Hizbullah Kerahkan Pasukan ke Palestina

Pemimpin Hizbullah Libanon mengatakan bahwa kelompoknya dan sekutu-sekutunya di wilayah tersebut akan memperbarui fokus mereka pada perjuangan Palestina .

Pemimpin Hizbullah Lebanon Sayyid Hassan Nasrallah terlihat di layar video saat berbicara dengan pendukungnya di Beirut, Lebanon pada 10 November 2017 (Reuters / Aziz Taher)

Beirut - Pemimpin Hizbullah Libanon mengatakan bahwa kelompoknya dan sekutu-sekutunya di wilayah tersebut akan memperbarui fokus mereka pada perjuangan orang-orang Palestina setelah berhasil menenangkan pertempuran di tempat lain di wilayah tersebut.

Pada Senin (11/12) Hassan Nasrallah meminta sekutu Hizbullah menerapkan strategi gabungan "di lapangan" untuk menghadapi Israel.

Seruan tersebut muncul saat ribuan pendukung Hizbullah berdemonstrasi di Beirut, meneriakkan "Kematian Amerika" dan "Kematian Israel!" sebagai protes atas keputusan Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.

Aksi unjuk rasa terjadi sehari setelah sebuah demonstrasi kekerasan di luar kedutaan Amerika Serikat di Beirut, di mana pasukan keamanan melepaskan tembakan gas air mata dan meriam air ke pemrotes yang melempari mereka dengan batu.

Para pemrotes bergerak melalui benteng Hizbullah di selatan Beirut, membawa spanduk bertuliskan "Yerusalem, Ibukota Abadi Palestina" dan "Yerusalem adalah milik Kami".

Nasrallah berharap "keputusan tergesa-gesa (Amerika Serikat)" akan menjadi "awal dari akhir" Israel.

Hizbullah, sebuah blok politik Syi`ah Lebanon yang didukung Iran dengan sayap militer yang kuat, telah berperang di Suriah bersama sekutu regional untuk mengalahkan pemberontak anti-pemerintah dan Islamic State Iraq (ISL) dan kelompok Levant (ISIL).

Hizbullah diyakini memiliki persenjataan besar roket yang mampu memukul sebagian besar wilayah Israel. Israel berperang melawan Hizbullah di Libanon pada 2006 yang menewaskan lebih dari 1.200 orang Lebanon, kebanyakan warga sipil, dan 120 orang Israel, kebanyakan dari mereka adalah tentara.

Israel menarik pasukannya dari Lebanon selatan pada  2000, mengakhiri pendudukan 22 tahun, namun kedua negara tetap melakukan perang secara teknis dan kadang-kadang terjadi bentrokan di perbatasan.

Untuk diketahui, Lebanon adalah rumah bagi lebih dari 450.000 pengungsi Palestina, yang merupakan hampir 10 persen dari populasi negara tersebut. Banyak keturunan dari mereka yang melarikan diri setelah penciptaan Israel pada  1948.

KEYWORD :

Yerusalem Turki Israel Amerika Serikat Lebanon




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :