Marlen Sitompul | Jum'at, 15/12/2017 15:09 WIB
Sekjen PWI Hendry Ch. Bangun dalam pertemuan dengan Presiden Asosiasi Wartawan Korea (AWK) Jung Kyusung
Jakarta - Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menyayangkan dan mengecam kekerasan yang dilakukan aparat kemanan Republik Rakyat China (RRC) terhadap dua wartawan Republik Korea yang sedang bertugas meliput kunjungan Presiden Moon Jae-in ke Beijing.
Sekjen
PWI Hendry Ch. Bangun mengatakan, insiden tersebut patut disesalkan. Mengingat, para wartawan tersebut merupakan rombongan resmi dari pemerintah Republik Korea.
"Semua pihak, termasuk aparat keamanan
China mestinya bisa menghormati wartawan yang sedang menjalankan tugas. Apalagi mereka merupakan rombongan resmi pemerintah," kata Hendry, dalam pertemuan dengan Presiden Asosiasi
Wartawan Korea (AWK) Jung Kyusung di Hotel Presiden, Seoul, Jumat (15/12).
Diketahui, kedua pewarta foto Korea Selatan itu dipukul hingga jatuh dan terluka di arena pameran perdagangan yang dihadiri Moon Jae-in sebelum Presiden Moon bertemu Presiden Xi Jinping.
Salah seorang korban kekerasan dipulangkan hari ini, sementara seorang lagi akan kembali besok. Berita pemukulan itu menjadi berita utama di berbagai stasiun televisi Korea. Foto yang memperlihatkan salah seorang korban, Lee Chungwoo, terjatuh, menghiasi halaman muka koran-koran Korea Selatan.
Presiden AWK Jung Kyungsung mengucapkan terima kasih atas simpati yang diperlihatkan
PWI. "Kami akan memberikan bantuan maksimal kepada kedua korban," katanya.
Selain kekerasaan yang dilakukan aparat keamanan ini, ada beberapa kejadian lagi yang tidak mengenakan selama kunjungan Moon Jaein ke
China. Misalnya, tidak ada penjemputan di bandara yang memadai saat Moonjaein tiba. Juga, Moon Jaein dibiarkan makan pagi dan makan siang tanpa didampingi pejabat tinggi
China.
"Bagaimanapun ini adalah kunjungan resmi kenegaraan. Tapi sambutan yang seperti ini kurang memperlihatkan sikap persahabatan," ujar Choi Woosuk.
Hendry dan sejumlah pimpinan
PWI dari berbagai provinsi sedang berada di Korea Selatan dalam rangka kunjungan persahabatan kerjasama
PWI dan AWK.
Kabar mengenai kekerasan yang dialami wartawan Korea Selatan itu telah disampaikan Wakil Presiden AWK Choi Woosuk dalam jamuan makan malam menyambut delegasi
PWI, Kamis malam (14/12). Menurutnya, masyarakat pers Korea Selatan menganggap kejadian ini sebagai tindakan yang tidak bersahabat dari
China.
Sementara Ketua bidang Luar Negeri
PWI yang juga dosen kawasan Asia Timur di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Teguh Santosa menilai, aksi kekerasan yang dilakukan aparat keamanan
China terhadap dua wartawan Korea bisa memperburuk hubungan kedua negara.
Hubungan Korea dan
China bergerak ke arah yang tidak harmonis setelah Korea Selatan mengizinkan Amerika Serikat menempatkan sistem pertahanan Terminal High Altitute Area Defense (THAAD) yang disebutkan untuk mencegah serangan Republik Rakyat Demokratik Korea.
Adapun
China menilai kehadiran THAAD berpotensi mengancam keamanan negara itu. Sebagai bentuk protes,
China menutup puluhan toko Lotte dan melarang grup wisata Korea Selatan mengunjungi
China juga melarang konser K-Pop di negeri panda.
"Harus ada peredaan ketegangan di antara
China dan Korea. Kedua negara dan masyarakat perlu mengembalikan suasana persahabatan seperti sebelumnya," demikian Teguh.
Anggota delegasi lainnya dalam kunjungan
PWI ini adalah Ketua
PWI DIY, Sihono, Ketua
PWI Sumut Hermansyah, Ketua
PWI Jambi Saman, Ketua
PWI Solo, Anas, Ketua
PWI Sulbar Naskha Naban, Ketua
PWI Kalbar Gusti Yusri, Sekum
PWI Kepri Saibansyah, Sekum
PWI Sulsel Anwar Sanusi.
KEYWORD :
Kekerasan Wartawan PWI Wartawan Korea China