Minggu, 24/11/2024 00:30 WIB

China Menentang Pertemuan Vancouver

Bendera kebangsaan China (L) dan Amerika Serikat (R)

Jakarta - China menolak pertemuan 20 negara di Vancouver mengenai krisis nuklir Korea Utara, yang dianggap "tidak sah" karena perwakilan dari Beijing tidak diundang.

Dua hari perundingan yang disponsori oleh Kanada dan Amerika Serikat melibatkan para diplomat dari sekutu Korea Selatan selama perang Korea 1950-1953, termasuk Australia, Inggris, Prancis dan Jepang.

Pejabat senior Departemen Luar Negeri AS Steven Goldstein mengatakan pekan lalu bahwa Rusia dan China, yang mendukung Korea Utara dalam perang tersebut, tidak diundang namun akan mendapat pengarahan tentang pertemuan tersebut.

Pertemuan tersebut membahas cara-cara meningkatkan tekanan pada Pyongyang guna menghentikan produksi rudal nuklir yang bisa menyerang AS. Di samping itu untuk memastikan penerapan sanksi PBB baru terhadap pemerintah Korea Utara.

Namun juru bicara kementerian luar negeri China Lu Kang mengatakan pada Selasa (16/01) bahwa pertemuan tersebut mengecualikan kedua negara dengan hubungan ekonomi dan diplomatik terdekat dengan Pyongyang.

"China menentang pembicaraan sejak awal," kata Lu dilansir SCMP.

Ketika pertemuan itu diumumkan pada bulan Desember, kementerian tersebut mengatakan bahwa China menyambut baik upaya untuk mengatasi krisis nuklir melalui dialog politik dan diplomatik.

Namun kenyataannya, China dan Rusia justru tidak diundang.

Ketegangan meningkat dengan serangkaian uji coba nuklir dan rudal Korea Utara dalam beberapa bulan terakhir.

Kejadian mengejutkan di Hawaii pada akhir pekan ketika pihak berwenang mengeluarkan peringatan palsu tentang rudal balistik masuk. Selain itu, Presiden AS Donald Trump telah membalas ancaman pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, dengan menyatakan memiliki tombol peluncur nuklir lebih besar di mejanya.

Sun Xingjie, seorang pakar urusan kementerian Korea di Universitas Jilin, mempertanyakan apakah pertemuan 20 negara tersebut dapat berkontribusi banyak untuk menyelesaikan krisis tersebut sejak China, sekutu Korea Utara yang sudah lama berdiri, telah meningkatkan hukuman atas Pyongyang.

Pada awal Januari, Kementerian Perdagangan China mengumumkan batasan baru untuk pasokan minyak, produk minyak olahan, baja dan logam lainnya ke Korea Utara. Tindakan ini menyusul keputusan Dewan Keamanan PBB menyetujui tindakan penghukuman baru Pyongyang untuk sebuah uji coba rudal balistik antar benua pada 29 November lalu.

"China, Rusia harus membantu menyelesaikan krisis Korea Utara," kata Presiden Kanada Trudeau.

Sejak 23 Desember, pembatasan baru tersebut membatasi pasokan minyak ke Korea Utara menjadi 4 juta barel setiap tahunnya. Penurrunan ekspor minyak mentah ke Korea Utara mencapai 500.000 barel per tahun.

KEYWORD :

China Amerika Serikat Korea Utara Rudal




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :