Auditor BPK, Ali Sadli bersiap menjalani pemeriksaan di gedung KPK
Jakarta - Auditor BPK Ali Sadli mengaku punya firasat tidak enak sebelum dijerat operasi tangkap tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 26 Mei 2017.
"Saya punya `feeling` seperti itu. Pada 10 Mei itu sudah `feeling`. Memang saya akui sebelum saya di-OTT itu saya punya perasaan tidak enak, bahkan saat petugas KPK masuk pun itu rasanya saya tidak terlalu terkejut karean saya punya `feeling`," kata Ali Sadli di pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Rabu.Ali Sadli menjadi saksi untuk mantan atasannya, auditor utama BPK Rochmadi Saptogiri BPK. Rochmadi dan Ali Sadli didakwa menerima suap Rp240 juta terkait audit laporan keuangan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), penerimaan gratifikasi sebesar Rp3,5 miliar serta tindak pidana pencucian uang aktif dan pasif yaitu menerima mobil Odyssey dari Ali Sadli.Pemberian pertama dilakukan pada 20 Mei 2017 yang diberikan Kabag Inspektorat Jenderal Kemendes PDTT Jarot Budi Prabowo sebesar Rp200 juta di ruang kerja Ali Sadli. Pemberian selanjutnya adalah pada 26 Mei 2017 yang juga dilakukan oleh Jarot, selanjutnya petugas KPK mengamankan Jarot dan Ali beserta uang yang dibawa.Baca juga :
MPR Terima WTP ke-15 untuk LHP tahun 2023
"Dalam BAP saudara pernah Rochmadi mengatakan di mushalla `Mas mengaku saja Rp200 juta, nanti saya bantu dari luar, mendengar itu saya diam saja, lalu masih di mushalla Rochmadi mengatakan mas kayaknya saya mengaku saja, lalu saya katakan iya pak, bagus pak, tapi saya tidak tahu apakah Rochmadi mengaku Rp200 juta atau tidak, tapi saya tidak menuruti Rochmadi untuk mengakui bahwa saya juga diberikan uang Rp200 juta yang telah diberikan kepadanya selain Rp40 juta yang saya terima`, apakah betul?" tanya jaksa KPK."Betul," jawab Ali.
MPR Terima WTP ke-15 untuk LHP tahun 2023
Ali Sadli BPK Auditor