Serangan kimiah di Rusiah (Foto: Reuters)
Paris - Sejumlah menteri dan diplomat dari 24 menyatakan dukungan dan komitmen bekerjasama memerangi penggunaan senjata kimia, di tengah dugaan maraknya penggunaan senjata terlarang tersebut di Suriah.
Atas inisiatif Prancis, komitmen tersebut ditetapkan dalam konferensi bertajuk "Kemitraan Internasional melawan Impunitas atas Penggunaan Senjata Kimia" di Paris.
Di bawah kemitraan yang tidak menggantikan mekanisme internasional yang sudah ada sebelumnya, negara-negara itu akan berbagi informasi, sekaligus menghimpun daftar pihak-pihak yang terlibat dalam penggunaan senjata kimia.
"Situasi ini tidak bisa dibiarkan terus-menerus. Tugas kita adalah untuk bertindak," kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian.
"Pada 4 April 2017, di Suriah, lebih dari 80 orang, termasuk perempuan dan anak-anak tewas setelah diserang dengan racun neurotoksin. Empat tahun sebelumnya, 2.000 orang Suriah diserang dengan gas," sambungnya, dilansir dari AA, Rabu (24/1)
Le Drian menambahkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, senjata kimia tidak hanya digunakan di Suriah, namun juga Irak dan Malaysia. "Mereka yang menggunakan senjata kimia harus sadar bahwa kita tahu siapa mereka, dan kita tidak akan tinggal diam!" tegas dia.
Sebagai bagian dari kerja sama, sebuah situs resmi diluncurkan. Dalam situs tersebut tercantum daftar nama individu maupun entitas yang telah mendapat sanksi dari negara-negara partisipan - khususnya Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Prancis - karena terlibat dalam serangan maupun pengembangan senjata kimia.
Langkah-langkah pemberian sanksi akan diputuskan berdasarkan hukum di masing-masing negara peserta. Le Drian meminta 192 negara yang telah meratifikasi Konvensi Senjata Kimia untuk mendukung prinsip-prinsip dalam deklarasi secara terbuka dan bergabung dalam kemitraan tersebut.
KEYWORD :Suriah Senjata Kimia Malaysia Perancis