Sundari | Selasa, 30/01/2018 20:21 WIB
Logo PBB (Foto: Beapeacekeeper)
Jenewa - Lembaga Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan, 60.000 anak-anak menghadapi kelaparan di Korea Utara, tempat sanksi internasional memperburuk keadaan dengan memperlambat pengiriman bantuan.
Beberapa negara besar menerapkan sanksi berkembang terhadap Korut karena program nuklir dan peluru kendali balistiknya. Pada pekan lalu, Amerika Serikat mengumumkan sanksi baru terhadap sembilan kelompok, 16 orang dan enam kapal Korut, yang dituduh membantu program persenjataan tersebut.
kata Omar Abdi, wakil direktur eksekutif
UNICEF., berdasarkan atas resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, pasokan atau kegiatan badan kemanusiaan dikecualikan dari sanksi itu.
"Tapi, yang terjadi adalah tentu saja bank, perusahaan penyedia barang atau kapal sangat berhati-hati. Mereka tidak mau menantang bahaya kemungkinan terkait dengan pelanggaran sanksi," kata Abdi dalam jumpa pers.
Kata Abdi, itulah yang membuat lebih sulit untuk membawa barang. "Jadi dibutuhkan waktu sedikit lebih lama, terutama untuk mendapatkan uang ke negara ini. Tapi juga mengirim barang ke DPRK. Tidak banyak jalur pelayaran yang beroperasi di daerah itu," katanya.
UNICEF telah memproyeksikan 60.000 anak-anak Korut akan menderita gizi buruk akut tahun lalu, menurut juru bicara Christophe Boulierac.
UNICEF membutuhkan 16,5 juta dolar Amerika Serikat tahun ini untuk memberikan nutrisi, kesehatan dan air ke Korut.
"Diare terkait dengan sanitasi dan kebersihan yang buruk serta kekurangan gizi akut tetap menjadi penyebab utama kematian di kalangan anak-anak," kata
UNICEF.
Korut adalah negara dengan keadaan darurat utama, yang paling tidak dilaporkan di seluruh dunia, demikian CARE International pada awal bulan ini. Dua dari lima warga Korut kekurangan gizi, kata badan amal tersebut, mengutip statistik Perserikatan Bangsa-Bangsa. (ant/reuters)
KEYWORD :
Korea Utara UNICEF PBB