Konvoi pengungsi Suriah di kota perbatasan Arsal, Lebanon, 12 Juli 2017 (Foto: Reuters)
Damaskus – Untuk memperoleh bantuan di sebuah negara yang sedang dilanda konflik seperti Suriah, ternyata bukan hal yang mudah. Konon, perempuan di Suriah harus menggadaikan mahkotanya untuk ditukar dengan bahan makanan yang datang dari luar.
Dilansir dari BBC, Selasa (27/2), pekerja bantuan tak jarang mendesak perempuan Suriah memberikan tubuh mereka. Sebagai imbalannya, para perempuan akan mendapatkan makanan dan minuman.
Ini bukanlah fenomena baru Suriah. Tiga tahun lalu, PBB dan pemerintah sudah memperingatkan supaya tak ada kasus pelecehan dan eksploitasi seksual di negara tersebut. Namun ternyata hal itu terulang lagi akhir-akhir ini.
“Beberapa perempuan Suriah menolak pergi ke pusat distribusi bantuan, karena orang-orang akan menganggap mereka telah menawarkan tubuh mereka untuk bantuan yang mereka bawa pulang,” tulis BBC mengutip keterangan seorang pekerja bantuan.
Tiga tahun lalu, seorang peneliti bernama Danielle Spencer menemukan sekelompok perempuan yang mengaku ditawari bantuan dengan imbalan berhubungan seks. Kejadian itu tak hanya sekali, bahkan dilakukan oleh oknum pemerintah lokal.
“Mereka menahan bantuan yang telah dikirim dan kemudian menggunakan perempuan ini untuk seks,” kata Spencer.
“Beberapa perempuan mengalaminya sendiri. Mereka sangat putus asa,” terangnya.
“Saya ingat seorang perempuan menangis di sebuah ruangan, dan dia kesal dengan apa yang dia alami. Perempuan itu dan anaknya harus dilindungi saat menerima makanan, sabun, dan barang-barang perlengkapan. Satu-satunya yang mereka butuhkan ialah seornag pria yang bisa melindungi,” imbuh Spencer.
Beberapa bulan setelah laporan pelecehan seksual itu terungkap, Komite Penyelamatan Internasional (IRC) menemukan 40 persen dari 190 perempuan dan anak perempuan di Dara’a dan Quneitra, pernah mengalami kekerasan seksual saat mereka mengakses bantuan kemanusiaan.
KEYWORD :Timur Tengah Suriah Pelecehan Seksual