Ilustrasi fakultas kedokteran (foto: Google)
Jakarta – Pembukaan fakultas kedokteran di lembaga pendidikan tinggi tak mudah didapat. Fakultas terseksi se-antero perguruan tinggi ini membutuhkan beragam persyaratan, karena berhubungan dengan hajat hidup orang banyak.
“Ini urusannya dengan manusia. Tidak sembarangan bisa kami buka,” demikian jawaban Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir usai memberikan kuliah umum di Universitas Gunadarma, Bekasi, Jawa Barat, pada Selasa (6/3).
Salah satu persyaratan paling penting, kata Menristekdikti, ialah ketersediaan tenaga pengajar. Umumnya, perguruan tinggi sulit memperoleh izin pendirian fakultas kedokteran karena jumlah dosen tidak memadai.
“Banyak dosen dibutuhkan di bidang kedokteran. Entah itu biomedik, farmasi, atau biokimia, semuanya harus tersedia,” imbuh Nasir.
Sulitnya membuka fakultas kedokteran ternyata memang sebanding dengan rendahnya jumlah dokter di Indonesia. Saat ini perbandingan dokter di Indonesia adalah satu banding 2.500. Tentu jumlah ini sangat kecil dibandingkan Singapura dan Malaysia.
“Singapura sudah satu banding 450, Malaysia satu banding 950. Kita terlalu jauuh. Belum juga masalah di distribusi,” paparnya.
Fakultas Kedokteran Kemristekdikti Mohamad Nasir