Jakarta - Perempuan dan kedaulatan pangan memiliki keterkaitan yang sangat erat. Praktik selama ini, pengetahuan kearifan dan pengalaman yang dimiliki perempuan mampu mempertahankan pola pengelolaan produksi pangan alami yang berkelanjutan. Dalam hal distribusi juga bisa dilihat perempuan yang banyak menggerakkan pasar-pasar tradisional di desa dan kota.
Termasuk produk pangan rumahan yang banyak dikelola dan dijalankan oleh perempuan. Hingga akhirnya pangan tersedia di atas meja makan untuk konsumsi keluarga pun tetap dilekatkan menjadi tanggungjawab bagi perempuan.Tahun 2018 ini adalah tahun politik yang merupakan peluang maupun tantangan besar. Biaya politik sangat tinggi sehingga para kandidat bisa menjadikan SDA sebagai sumber dana politik. Dan penguasa sumber daya alam merupakan penguasa politik. Sehingga diperlukan gerakan untuk mendorong agenda politik perempuan.Kedaulatan Pangan adalah kedaulatan bangsa, sehingga harus menjadi prioritas agenda politik ke depan. Momentum ini penting untuk memastikan arah kebijakan dan pembangunan berorientasi pada kedaulatan pangan dan kedaulatan rakyat.Untuk menyikapi situasi di atas, 130 perempuan pejuang kedaulatan pangan yang berasal dari Aceh, Palembang, Lampung, Jakarta dan Kepulauan Seribu, Yogyakarta, Pati, Sumbawa, Mataram, Kendari, Makassar dan Takalar, Poso, Palu, Samarinda, Kapuas berkumpul di Hari Perempuan Sedunia menyatakan tuntutan antara lain sebagai berikut:1. Merombak sistem ekonomi yang saat ini bertumpu pada investasi dan pertumbuhan ekonomi menjadi sistem ekonomi yang berorientasi pada kedaulatan rakyat, kesejahteraan rakyat dan berkeadilan antara perempuan dan laki-laki.
Agenda Politik Perempuan Kedaulatan Pangan