Dirut PLN Sofyan Basir (foto:VIVA)
Jakarta - Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN) Sofyan Basir harus dicopot, menyusul ancaman gagalnya PLN mencicil utang yang sudah sangat mengkhawatirkan. Belum lagi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus merangkak naik.
Demikian disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono dalam keterangan pers kepada wartawan, Jumat (9/3/18) di Jakarta.
“Ambruknya industri nasional yang ditandai dengan tingginya impor produk-produk industri tentu saja akan semakin banyak mengurangi pendapatan PLN, karena banyaknya pabrik yang tutup lantaran tidak kuat lagi membayar tarif listrik,” kata Arief.
2023, BRI Setor Pajak Rp45,34 Triliun
Menurut Arief, ancaman gagal bayar merujuk pada edaran surat Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani S-781/MK.08/2017 yang diterbitkan 19 September 2017 silam. PLN berpotensi gagal bayar akibat proyeksi utang jatuh tempo yang semakin meningkat, dan diiringi dengan performa keuangan yang melemah.
“Copot Dirut PLN dan Menteri BUMN secepatnya untuk menyelamatkan PLN dari ancaman gagal bayar hutang yang ditumpuk di era kepemimpinan Sofyan Basir. Juga Rini Soemarno dari Kemeneg BUMN yang telah menyandera PLN,” tuntutnya.
Arief menambahkan, di era Sofyan, subsidi listrik yang menjadi hajat hidup rakyat banyak dan dijamin konstitusi malah dicabut. Sementara pada saat yang sama praktik oligarki dan kartel gelap diduga merampok PLN dari dalam.
“Di antaranya mulai dari dugaan skema perampokan melalui penumpukan hutang, permainan harga baru bara, hingga dugaan skema perampokan melalui rekayasa proyek 10.000 megawatt hingga 35.000 megawatt yang menuai sejumlah masalah,” terang Arief.
PLN Sofyan Basir BUMN Rini Soemarno