Sundari | Rabu, 21/03/2018 17:45 WIB
Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin
Jakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk tidak mengidentikkan terorisme dan radikalisme dengan umat Islam.
“Kita menolak radikalisme karena itu umat Islam sakit hati dituduh radikal,” jelas Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin saat menggelar rapat pleno dengan
TNI di Jakarta, Rabu.
Menurut Din, Umat Islam sangat menghargai kedaulatan NKRI. Bahkan umat Islam siap melakukan bela negara. “Bela negara adalah jati diri umat Islam,” ujar Din.
Din juga mengimbau agar
TNI peka terhadap komunisme dan liberalisme. Menurut dia, pemahaman tersebut juga menjadi ancaman bagi kedaulatan negara.
“Jadi kita ingin mendengar
TNI mengatakan liberalisme adalah ancaman kedaulatan negara. Tapi kalau sudah berbicara anti radikalisme beragama itu konotasinya sudah ke Islam,” terang Din.
Sementara itu,
TNI menyatakan siap untuk bekerja sama dengan umat Islam dalam menjaga kedaulatan negara. Bahkan Inspektur Jenderal
TNI Mayjen Muhammad Herindra menjelaskan saat menjadi Pangdam Siliwangi dirinya menitipkan prajurit ke pesantren-pesantren.
“Itu agar mereka paham Islam karena saya sendiri tak memiliki pehamaman Islam secara menyeluruh,” jelas Mayjen Herindra.
Mayjen Herindra mengatakan posisi
TNI saat ini tidak leluasa seperti dulu dalam menjalankan tugasnya. Namun
TNI tetap mengantisipasi ancaman-ancaman terhadap kedauatan bangsa, baik dari dalam maupun luar negeri. “Kita sudah punya petanya. Tapi ini bukan konsumsi publik,” tukas Mayjen Herindra. (AA)
KEYWORD :
Terorisme Majelis Ulama Indonesia TNI