Sabtu, 23/11/2024 10:10 WIB

Ini Lima Poin Hasil Pertemuan NU dan Muhammadiyah

Kelima unsur tersebut secara garis besar berkaitan dengan aspek kebangsaan hingga persiapan menghadapi tahun politik 2018-2019.

Said Agil Siradj (kanan) dan Haedar Nashir (kiri)

Jakarta – Pertemuan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah pada Jumat (23/3) siang menghasilkan lima poin keputusan. Kelima unsur tersebut secara garis besar berkaitan dengan aspek kebangsaan hingga persiapan menghadapi tahun politik 2018-2019.

Dihadiri langsung oleh Ketua Umum PBNU Said Agil Siradj dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, kedua ormas terbesar di Tanah Air itu sepakat mengawal Pancasila dan NKRI sebagai konsesnsus pendiri bangsa.

Keanekaragaman yang terdapat di Indonesia, harus dijaga dalam sebuah rajutan Bhineka Tunggal Ika.

“Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman etnis suku, golongan, agama yang tetap harus dijaga dalam bingkai perstuan dan kesatuan bangsa,” demikian pernyataan NU dan Muhammadiyah.

Kedua, NU dan Muhammadiyah menyinggung soal pendidikan karakter dan penguatan ekonomi umat. Khusus pendidikan karakter yang sempat memicu perdebatan pada awal kemunculannya, NU-Muhammadiyah mengimbau supaya masyarakat mengedepankan perilaku yang baik (akhlakul karimah) di segala aspek kehidupan.

“Ketiga, NU dan Muhammadiyah menyeru kepada pemerintah agar bersungguh-sungguh dalam upaya mengurangi angka kemiskinan dan mengurangi angka pengaguran serta melakukan upaya-upaya yang terukur agar kesenjangan ekonomi dan sosial segera teratasi dengan baik,” sambungnya.

Di poin keempat, NU dan Muhammadiyah berharap masyarakat dapat membangun iklim yang kondusif, baik di lingkungan maupun media sosial. Masyarakat diminta tak terjebak dalam ujaran kebencian dan penyebaran berita palsu.

“Pelbagai macam informasi hoax, ujaran kebencian dan fitnah berpotensi mengganggu keutuhan bangsa,” terangnya.

Terakhir, jelang tahun politik, NU dan Muhammadiyah mengimbau kepada masyarakat untuk berdemokrasi secara sehat. Pesta demokrasi tak boleh menjadi sumber perpecahan dan mengancam keanekaragaman yang ada di Indonesia.

“Karena demokrasi tidak sekedar membutuhkan kerelaan hati menerima adanya perbedaan pendapat dan perbedaan pikiran, namun demokrasi juga membutuhkan kesabaran, ketelitian, dan cinta kasih antar sesama,” katanya.

KEYWORD :

PBNU Muhammadiyah Said Agil Siradj Haedar Nashir




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :