Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir
Jakarta – Pemanfaatan dana riset masih minim. Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan, dari jumlah Rp24,9 triliun yang dianggarkan negara untuk riset di berbagai kementerian dan lembaga, hanya 44 persen atau Rp10,9 triliun yang berhasil direalisasikan.
Beberapa penyebabnya, kata Menteri Nasir, di antaranya penggunaan dana untuk menggelar forum group discussion (FGD) dan perjalanan dinas yang tidak efektif, dan terkesan menghambur-hamburkan anggaran.
“Contohnya, kalau biaya riset yang dikeluarkan, katakanlah Rp10 miliar atau Rp5 miliar, ternyata yang menghasilkan produk itu hanya Rp1 miliar. Yang empat miliar hanya untuk FGD dan lainnya,” ujar Menristekdikti dalam acara ‘Sosialisasi Program Penguatan Klaster Inovasi Berbasis Produk Unggulan Daerah’, Senin (26/3) di Hotel Sultan, Jakarta.
“Jangan berkali-kali FGD tapi tidak ada hasilnya. Perjalanan dinas sudah berkali-kali, tapi tidak menghasilkan. Biaya berapa? Rp5 miliar. Output-nya mana? Tidak ada!” katanya.
Karena itu, kata Menteri Riset dan Dikti, salah upaya yang perlu dilakukan ialah sinergi antar kementerian. Seluruh riset yang berada di berbagai kementerian, harus dipusatkan di satu kawasan penelitian, supaya mudah dikoordinasikan.
“Kami ada kawasan puspiptek (pusat penelitian ilmu pengetahuan dan teknologi) di Serpong. Semua lembaga dikumpulkan dan dikoordinasikan. Jadi national science park kita jalan,” jelasnya.
Para peneliti dan pemerintah daerah juga diingatkan supaya pelaksanaan riset sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan begitu, inovasi hasil riset dapat bermanfaat dalam peningkatakan ekonomi lokal.
“Riset itu jangan dilihat dari keinginan semata, tapi dari demand-nya. Potensi yang ada di daerah itu dimaksimalkan, supaya riset memiliki manfaat,” kata Nasir.
KEYWORD :Pendidikan Riset Kemristekdikti