Protes anti-pemerintah massal di wilayah Oromia Ethiopia dimulai pada 2015 (Foto:Tiksa Negeri/Reuters)
Jakarta - Pihak berwenang di Ethiopia telah menangkap lebih dari 1.100 orang sejak negara itu mengumumkan keadaan darurat setelah pengunduran diri mendadak Perdana Menteri, Hailemariam Desalegn bulan lalu.
Keputusan mendadak Hailemariam Desalegn untuk mundur pada 15 Februari terjadi setelah lebih dari dua tahun protes anti-pemerintah.Keputusan ini mendorong pemerintah untuk menyatakan keadaan darurat selama enam bulan dalam upaya membendung kerusuhan politik di tengah tuntutan lama untuk kebebasan yang lebih besar.Perusahaan Penyiaran Fana yang berafiliasi negara mengatakan pada hari Sabtu bahwa 1.107 orang telah ditahan karena melanggar keputusan darurat, yang mencakup larangan protes dan penyebaran propaganda yang dapat memicu perselisihan.Baca juga :
Arab Saudi Bantah Bantai Migran Ethiopia
Demonstrasi anti-pemerintah pecah di antara Oromo, kelompok etnis terbesar di Ethiopia, pada 2015 dan kemudian menyebar ke Amhara, kelompok terbesar kedua.Seperti dikutip dari Al jazeera, protes, yang awalnya dimulai atas hak-hak tanah tetapi kemudian diperluas untuk memasukkan seruan-seruan untuk perwakilan politik yang lebih besar di tingkat nasional, mendapat tanggapan keras dari pemerintah.
Arab Saudi Bantah Bantai Migran Ethiopia
Awal pekan ini, koalisi Partai Demokratik Demokrasi Rakyat (EPRDF) yang berkuasa memilih Abiy Ahmed sebagai pemimpinnya.Dia akan disumpah sebagai perdana menteri awal minggu depan, menggantikan Hailemariam dan menjadi perdana menteri Oromo pertama dalam 27 tahun EPRDF telah berkuasa. KEYWORD :
Ethiopia Hailemariam Desalegn