Ilustrasi susu
Jakarta - Saat ini permasalahan gizi buruk di Indonesia tengah merebak di berbagai lapisan masyarakat terutama menengah ke bawah. Bukan hanya soal perekonomian keluarga menjadi dasar permasalahan, namun juga pemahaman mengenai pola makan dan konsumsi sehat masih minim.
Wakil Ketua Partai Solidaritas Indonesia, Isyana Bagus Oka mengatakan, salah satu tantangan di bidang kesehatan masyarakat yang dihadapi saat ini adalah bagaimana memberikan pemahaman kepada masyarakat. Kurangnya edukasi masyarakat terhadap makanan bergizi serta kebiasaan-kebiasaan yang sudah tertanam lama di masyarakat menjadi faktor pendukung permasalahan gizi di Indonesia.
“Kita tidak bisa menyalahkan ibu yang tidak teredukasi, tapi harus dilihat juga lingkungannya apakah suami atau keluarga membantu agar sang ibu dapat memberikan ASI yang cukup untuk anak. Jika ASI sang anak sudah tercukupi, seharusnya tidak diperlukan lagi tambahan susu kental manis untuk anak,” ujar politikus yang saat ini tengah hamil anak kedua ini, menanggapi polemik susu kental manis yang mencuat sejak setahun belakangan ini.
Ia mengatakan, masyarakat sudah terbiasa memberikan susu kental manis kepada anak dan bukan hal yang mudah untuk mengubah kebiasaan tersebut. Lebih lanjut, Isyana berharap agar orang-orang yang kompeten dalam isu ini mau memperjuangkan regulasi-regulasi yang dapat melindungi masyarakat.
“Agar peraturan-peraturan yang tidak tepat atau yang perlu dirubah menjadi perjuangan di parlemen dan untuk ini dibutuhkan orang-orang yang berkompeten dalam isu susu kental manis ini. DPR juga nantinya bisa mengawasi lembaga atau kementerian bila ada edukasinya yang belum menyentuh masyarakat. Kami mendorong semua kalangan yang peduli dan mengerti akan persoalan ini untuk masuk kedalam sistem dan bersama-sama melakukan perubahan,” ujar Isyana.
Menanggapi hal yang sama, Wakil Komisi IX DPR RI Dede Yusuf mengatakan diperlukan wacana pergantian nama ‘susu kental manis’. Sebab, di dalam susu kental manis memiliki kandungan gula yang tinggi dan dapat berdampak pada kesehatan anak.
“Susu kental manis harus diganti menjadi nama lain, agar tidak disamakan dengan susu buat bayi,” ungkapnya. Menurut Dede Yusuf, jika produk ini masih diasumsikan sebagai susu, maka masyarakat tetap beranggapan bahwa dapat diberikan untuk anak. Selanjutnya, Dede mengatakan sudah meminta kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk kembali melakukan kajian terkait bahaya susu kental manis terhadap bayi ini.
Perbaikan regulasi mengenai susu kental manis menjadi nama yang lebih realistis sesuai penggunaan merupakan opsi yang baik mengingat sudah banyak masyarakat yang merasa dibutakan oleh tayangan iklan produk.
Seperti halnya yang diungkapkan oleh Tulus Abadi sebagai Ketua Harian YLKI, bahwa “Badan POM harus mengatur ulang terkait SKM secara lebih detil dan lebih ketat dalam pengawasannya sehingga masyarakat tidak salah persepsi terkait dengan susu kental manis,” Ketua
Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi.
Kandungan gula yang terbilang tinggi akan membentuk pola hidup yang malas serta menghadirkan berbagai macam penyakit seperti karius gigi, diabetes, serta obesitas.
susu kental manis isyana bagus oka