Ilustrasi ujian SBMPTN
Jakarta – Menyikapi geger soal sistem penilaian terbaru Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir angkat bicara.
Menurutnya, sistem penilaian terbaru yang diterapkan oleh pemerintah cenderung lebih sederhana ketimbang sistem sebelumnya. Sebab, bila siswa salah dalam mengerjakan soal atau memilih tidak menjawab pertanyaan, skor tetap 0 (nol). Sedangkan bila jawaban benar, skornya 1.
“Sistem penilaian zaman dulu dalam menilai itu kalau benar nilainya 4 kalau salah nilai -1, kalau tidak dikerjakan 0. Kali ini makin sederhana,” ujar Menristekdikti di Jakarta, Selasa (17/4).
Menteri Nasir menambahkan, bila setelah dikoreksi nanti ternyata ada dua peserta dengan skor yang sama, maka akan dipilih tingkat kesulitan soal yang dikerjakan oleh siswa yang bersangkutan.
Makin sulit tingkat soal yang dikerjakan, maka kredit yang didapatkan bakal lebih tinggi, dibandingkan mengerjakan soal dengan tingkat kesultan rendah.
Dengan adanya sistem ini, lanjut Nasir, maka siswa dapat mengerjakan seluruh soal tanpa khawatir nilainya berkurang. Lain halnya dengan sistem sebelumnya, yang meninggalkan banyak soal tak terjawab.
“Dulu ada kecenderungan siswa itu kalau bisa mengerjakan, kalau tidak bisa dia kosongkan. Ternyata banyak terjadi kekosongan,” kata Menristekdikti.
SBMPTN Ujian Pendidikan