Sabtu, 23/11/2024 23:55 WIB

Trik Mentan Atasi Penurunan Pasokan Ayam di Bali

Berkurangnya pasokan ayam dengan bobot 1,8 kg per ekor berat hidup dikarenakan banyak peternak melakukan panen dini dengan kisaran berat hidup 1,3 kg

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) I Ketut Diarmita , I Ketut Diarmita (tengah)

Denpasar  -  Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) I Ketut Diarmita mengumpulkan seluruh pemangku kepentingan duduk bersama menyusul kurangnya pasokan ayam di Provinsi Bali.

Bertempat di Kantor Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali I Ketut Diarmita memimpin pertemuan yang dihadiri oleh perwakilan pedagang ayam, pembibit ayam dan peternak ayam wilayah Bali, serta Pemda Bali.

Pada kesempatan tersebut, I Ketut Diarminta meminta penjelasan penyebab adanya demo perkumpulan pedagang ayam di Bali pada 22 april 2018 yang  mengalami kesulitan mendapatkan pasokan ayam hidup dengan bobot 1,8 kg per ekor berat hidup.

Menanggapi hal tersebut, para peternak ayam menjelaskan bahwa berkurangnya pasokan ayam dengan bobot 1,8 kg per ekor berat hidup dikarenakan banyak peternak melakukan panen dini dengan kisaran berat hidup 1,3 kg. Menurut para peternak, panen dini ini dilakukan karena adanya kekhawatiran diserang  penyakit koksidiosis.

Lebih lanjut I Ketut Diarmita menjelaskan, secara populasi dan produksi Day-Old-Chick Final Stock (DOC FS) Broiler di Bali periode Januari hingga Maret 2018 ini harusnya sangat cukup. Pada Januari-Maret produksi dan pasokan DOC FS broiler di Bali sebanyak 22,2 juta atau dengan rata-rata 7,4 juta ekor per bulan, sedangkan kebutuhan rata-rata Provinsi Bali sebanyak 6,3 juta ekor per bulan artinya ada kelebihan pasokan DOC sebanyak 1,1 juta ekor per bulan.

Senada dengan itu PT. Charoen Pokphand, PT. Japfa Comfeed, PT. Suja, PT. Wonokoyo menjelaskan bahwa  ketersediaan DOC FS broiler sangat mencukupi selama tahun 2018 ini.

I Ketut Diarmita meminta Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali untuk menghitung kembali jumlah kebutuhan DOC FS dan ayam potong hidup di Provinsi Bali dengan melibatkan para peternak, pembibit dan pengusaha pemotongan ayam broiler.

Menurutnya, berdasarkan hasil perhitungan tersebut akan diambil langkah-langkah terbaik guna memenuhi kebutuhan ayam potong dan daging ayam di Bali seperti dengan memasukkan DOC FS dari Pulau Jawa ke Bali agar harga ayam hidup dan karkas ayam bisa kembali normal.

Perwakilan Perkumpulan Peternak Ayam Broiler Bali (PPAB) menjelaskan, saat ini harga ayam potong hidup berkisar Rp24.000 per kg jauh lebih tinggi dari harga ayam hidup di Provinsi lain seperti di Jawa.

Menanggapi keluhan dari para pedagang ayam tersebut, I Ketut Diarmita menyampaikan, para peternak ayam seharusnya segera melakukan efisiensi dalam produksi agar mampu bersaing dengan produk dari negara lain.

"Efisiensi ini harus dilakukan dengan cara memperbaiki kualitas pakan, manajemen kandang dan manajemen kesehatan hewan," kata I Ketut Diarmita dalam siaran pers, Sabtu (28/4).

"Kita harus berubah, jika tidak mau berubah, maka kita yang akan tergilas dengan perubahan itu," sambungnya.

Sementara itu, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Sugiono menyampaikan, agar para peternak dan pedagang ayam menyadari bahwa isu yang terjadi di perunggasan akan sangat mempengaruhi perilaku peternak dalam berproduksi dan harga jual ayam, serta harga DOC FS.

Untuk itu, ia meminta kepada semua Stakeholder harus secara bersama-sama menjaga kestabilan harga dan iklim usaha yang baik.

Selanjutnya untuk menyeimbangkan supply dan demand, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali I Putu Sumantra akan menghitung kembali secara bersama-sama dengan peternak terkait kebutuhan DOC FS dan ayam hidup di Provinsi Bali pada 30 April 2018.

KEYWORD :

Kementan ayam Bali Ketut Diarmita




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :