Aksi buruh
Jakarta - Migrant CARE mendesak Presiden RI, Joko Widodo dan pemimpin Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggar ASEAN lainnya untuk menindaklanjuti ASEAN Consensus on Protection and Promotion the Rights of Migrant Workers dalam merumuskan inovasi-inovasi yang benar-benar dinikmati oleh buruh migran.
"Ini sebagai bentuk apresiasi ASEAN terhadap kontribusi signifikan buruh migran di kawasan ASEAN yang telah memberi daya tahan ekonomi ASEAN," kata Wahyu Susilo dalam siaran persnya, Sabtu (28/4).
Migrant CARE juga mendesak Jokowi menggelar pertemuan bilateral dengan negara-negara penerima buruh migran Indonesia di ASEAN, yaitu Malaysia, Singapore dan Brunei Darussalam untuk memperbarui komitmen perlindungan buruh migran.
Ia ingin mereka membuat skema bilateral agreement berbasis ASEAN Consensus on Protection and Promotion the Rights of Migrant Workers, ASEAN Convention Against Trafficking In Person (especially women and Children) serta instrumen-instrumen HAM internasional lainnya yang relevan.
Menurut laporan terbaru Bank Dunia "Migration and Remittances, Recent Developments and Outlook" yang terbit 23 April 2018, kawasan ASEAN menyumbang secara signifikan volume remitansi regional Asia Timur dan Pasifik sebagai kawasan yang menyumbang remitansi terbesar di dunia (140 milyar US dollar) ketimbang kawasan regional di Asia dan benua lainnya.
Selain itu dari sepuluh besar penyumbang remitansi dunia, tiga di antaranya dari kawasan ASEAN, yaitu Philipina (USD33 miliar) Vietnam (USD14 miliar) dan Indonesia (USD9 miliar).
Oleh karena itu, ASEAN harus mengembangkan inovasi-inovasi kebijakan untuk memudahkan buruh migran mendapatkan pekerjaan dan upah yang layak, terjamin perlindungannya serta dekat dengan akses keadilan.
Selama ini, kelompok buruh migran (terutama mereka yang berada di sektor pekerja rumah tangga, perkebunan, konstruksi dan kelautan) berada dalam kondisi yang rentan serta jauh dari akses keadilan.
Pada Sabtu kemarin, Jokowi menghadiri Pertemuan Tingkat Tinggi ASEAN Summit ke-32 di Singapura. Tema kali ini yang diangkat adalah ASEAN Summit di tahun 2018 ini adalah Resilient and Innovative.
Dalam konteks perlindungan hak-hak buruh migran di Asia Tenggara, tema tersebut harus kembali merujuk pada kontribusi signifikan buruh migran di Asia Tenggara yang telah memberi daya tahan ekonomi kawasan dari gejolak ekonomi global.
KEYWORD :Migrant CARE ASEAN buruh migran