Perempuan Rohingya (foto: Google)
Jakarta - Juru bicara UNHCR dari PBB, Andrej Mahecic, mengatakan bahwa warga Rohingya yang mengungsi ke Bangladesh terancam bencana longsor dan banjir.
Menurutnya, sekitar 8.000 pengungsi Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh sepanjang tahun ini.
Sejak 25 Agustus 2017, sekitar 750.000 pengungsi, sebagian besar anak-anak dan perempuan. Mereka melarikan diri dari Myanmar ketika pasukan keamanan melancarkan aksi terhadap komunitas Muslim minoritas.
Mahasiswa Bangladesh Berencana Bentuk Partai Baru untuk Cegah Pemerimtahan Otoriter Berulang
Setidaknya 9.000 Rohingya tewas di negara bagian Rakhine sejak 25 Agustus hingga 24 September, menurut Doctors Without Borders.
Dalam laporan yang terbit 12 Desember, organisasi kemanusiaan global mengatakan kematian 71,7 persen atau 6.700 orang Rohingya disebabkan oleh kekerasan. Termasuk 730 anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Sekitar 60.000 pengungsi saat ini berada di wilayah yang berisiko tinggi longsor dan banjir. Mahecic mengatakan: "Sekitar 150.000 hingga 200.000 pengungsi Rohingya menghadapi risiko dampak musim hujan ini. Mereka tinggal di tanah rawan longsor dan banjir, serta mendesak untuk direlokasi."
Maret lalu, UNHCR dan mitra meluncurkan Joint Response Plan untuk Krisis Kemanusiaan Rohingya. Mereka mencari donasi sekitar USD 950 juta pada 2018 untuk memenuhi kebutuhan lebih dari 880.000 pengungsi Rohingya dan elbih dari 330.000 warga Bangladesh yang terkena dampak krisis.
"Pada Mei, kami hanya menerima 16 persen dari dana yang dibutuhkan," kata Mahecic.
PBB menggambarkan Rohingya sebagai warga paling teraniaya di dunia, mengalami ketakutan meningkat karena puluhan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada 2012.
PBB mendokumentasikan perkosaan massal, pembunuhan - termasuk bayi dan anak kecil - pemukulan brutal, dan penghilangan oleh personel keamanan. Dalam laporannya, penyelidik PBB mengatakan bahwa pelanggaran tersebut merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan. (AA).
KEYWORD :Rohingya Bangladesh Banjir