Presiden Jokowi
Jakarta - Lembaga survei Indonesia Network Election Survei (INES) kembali menguji kepuasaan masyarakat terhadap kepemimpinan Jokowi-JK, serta peluang Jokowi kembali menjadi calon presiden (Capres) 2019 mendatang.
Direktur INES, Oskar Vitriano mengatakan, dari hasil survei yang dilakukan, untuk kepuasan masyarakat terhadap kepemimpinan Jokowi-JK menyatakan tidak puas.
Dimana, dari 2.180 responden hanya 19,5 persen yang menyatakan janji Jokowi-JK dipenuhi. Sedangkan, sebanyak 68,2 persen mengatakan Jokowi tidak menepati janji. Sisanya 12,3 persen tidak menjawab.
"Dari kinerja pemerintahan Jokowi-JK sudah barang tentu akan punya pengaruh dengan pilihan masyarakat terhadap Parpol yang akan berlaga di Pileg 2019 dan tingkat keterpilihan Jokowi jika mencalonkan diri kembali sebagai Capres di Pilpres 2019," kata Oskar, melalui rilisnya, Minggu (6/5).
Dalam survei ini, pihaknya menguji tokoh-tokoh nasional dan Jokowi sebagai bakal calon Presiden pada Pilpres 2019. Salah satu pertanyaan yang diajukan, dengan adanya Hastag Ganti Presiden 2019 yang akhir-akhir ini ramai di media sosial.
Hasilnya, 67,3 persen responden menginginkan Presiden Baru pada 2019. Sementara 21,3 persen responden menjawab dilanjutkan kepemimpinan sekarang dan sisanya sebesar 11,4 persen menjawab tidak tahu.
"Anjloknya Tingkat keterpilihan (elektabilitas ) Jokowi oleh masyarakat hingga dibawah 30 persen, atau hanya 27,7 persen menunjukan jawaban responden tidak berubah, artinya mereka menginginkan presiden baru pada 2019," ulasnya.
Menurutnya, anjloknya tingkat elektabilitas Jokowi dianggap tidak memenuhi janji-janjinya semasa kampanye pada Pilpres 2019. Padahal, salah satu alasan responden memilih Jokowi adalah janji-janji kampanyenya.
"Dalam hal pemenuhan janji, Jokowi dianggap gagal. Alih-alih menaikan tingkat kesejahteraan masyarakat, yang terjadi justru sebaliknya," terangnya.
Kata Oskar, trend menurunnya daya beli masyarakat ini akan semakin dirasakan masyarakat seiring dengan laju kenaikan harga-harga yang tak terbendung, apalagi menjelang bulan puasa dan lebaran yang tak lama lagi. Sedangkan penghasilan masyarakat justru stagnan bahkan menurun.
"Di tengah tekanan akan kenaikan TDL dan BBM. Sehingga masyarakat harus mengurangi konsumsi untuk kebutuhan hidup sehari-harinya. Proyek-proyek infrastruktur pemerintahan Jokowi-JK tidak membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat. Justru yang ada keresahan di masyarakat akan isu membanjirnya tenaga kerja asing (TKA) yang akan mengambil porsi kerja masyarakat," paparnya.
Untuk itu, kata Oskar, buruknya kinerja pemerintah membuat masyarakat berpaling kepada Prabowo Subianto. Dimana sebanyak 50,2 persen masyarakat Indonesia yang diwakili oleh 2.180 responden.
"Dan saat diajukan pertanyaan yang sama, Tingkat Elektabilitas Prabowo Subianto justru meningkat hingga 54,5 persen," pungkasnya.
Diketahui, penelitian ini menggunakan instrumen data berupa angket yang bersifat terbuka dan tertutup. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka dengan responden menggunakan kuesioner yang sebelumnya sudah dirumuskan oleh para peneliti.
Penelitian INES dilakukan di 33 Provinsi di Indonesia pada 12-28 April 2018. Jumlah responden yang dilibatkan adalah sebanyak 2.180 orang. Para responden pada penelitian ini tersebar secara proposional di 408 kabupaten/kota. Dengan Margin of error ± 2,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
KEYWORD :Pilpres 2019 PKS Presiden Jokowi Prabowo Subianto