Ilustrasi teror bom (Foto: Reuters)
Jakarta – Sosok perempuan dan anak-anak sebagai pelaku aksi teror di Surabaya ternyata menarik perhatian media, sehingga membantu penyebaran teror. Demikian penilaian peneliti Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Universitas Indonesia (UI) Solahudin.
"Memakai anak-anak dan perempuan ada beberapa alasan, salah satunya mereka tahu laki-laki dewasa meledakkan diri sudah biasa. Kalau pelakunya ibu dan anak-anak itu baru luar biasa, akan mendapat peliputan yang luas," ujar Solahudin, di Jakarta, Rabu (16/5).
Solahudin membenarkan media dapat menjadi oksigen terorisme untuk menyebarkan teror atau rasa takut pada masyarakat luas.
Untuk itu, menurut Solahudin, para teroris mempertimbangkan hal-hal yang memiliki nilai berita lebih dan akan diangkat oleh media.
"Media asing sampai meliput kasus tersebut karena punya nilai berita yang tinggi. Jadi dilakukan secara sengaja, tentu," ujar dia.
Diterjang Rudal Rusia, Rumah Sakit Kyiv Batal Direnovasi karena Terindikasi Tender Curang
Dia khawatir setelah mendapatkan peliputan yang luas oleh media, terdapat pesan yang disampaikan kepada jaringan terorisme lain berupa pesan provokasi anak-anak dan perempuan saja berani.
Sementara itu, Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo meminta media tidak memberitakan aksi teror secara berulang-ulang, sehingga menimbulkan efek mencekam.
Supermodel Naomi Campbell Akui Kebahagiaan Terbesarnya Jadi Seorang Ibu dari Dua Anaknya
Ia pun mengingatkan untuk selalu melakukan verifikasi dan klarifikasi saat menerima suatu informasi.
Untuk itu, menurutnya, penting bagi media massa untuk berhati-hati dalam peliputan terorisme agar jangan sampai pesan terorisme yang ingin menebar ketakutan tersampaikan ke masyarakat. (Ant)
KEYWORD :Bom Terorisme Perempuan Anak