Diana Nurliana (Foto: Instagram/DianaNurliana)
Jakarta - Diana Nurlina, seorang Entrepreneurship Fashion dan salah satu perempuan berniqab mencurahkan keyakinannya pada pilihan hidup yang ia jalani sekarang di tengah stigma dan ujian yang belakangan ini dirasakan oleh para perempuan berniqab.
Niqab bagi perempuan kelahiran Cianjur 19 mei 1985 ini adalah privilege yang diberikan Allah dalam agama kepada setiap wanita, sehingga dengan itu seorang perempuan menjadi terangkat kehormatannya"Kami terlindungi dari hal-hal buruk yang mungkin akan datang pada kami ketika kami terbuka, niqab menjadi identitas kami sebagai seorang muslimah sehingga mudah dikenali. Dengan niqab juga saya banyak belajar tentang arti ketaatan, instrospeksi diri dan menghargai diri sendiri," ucap ibu dari tiga anak ini.Sayangnya, keyakinan yang Diana amnini sebagi jalan hidup ini tercederai dengan sekolompok orang yang membawa identitas niqab seraya menebar teror dan bahkan melakukan bom bunuh diri yang mengorbankan banyak nyawa.Sedari dulu yang menjadi misi utama alumnus Universitas Islam As syafiiyah ini dalam berdakwah, ia ingin menunjukkan pada khalayak ramai bahwa perempuan berniqab ini masih sama seperti perempuan lainnya. Hanya ingin belajar taat dan menjadi pribadi lebih baik lagi dengan mengikuti ajaran yang dicontohkan oleh Rasulullah. "Kami diajarkan bercinta kasih, saling menyayangi, berprestasi, bermanfaat untuk lingkungan, tidak menjadi sampah masyarakat, taat pada aturan pemimpin dalam hal ini pemerintah, mencintai negeri tempat kami tinggal. Tidak melulu selalu ektrimis, pemberontak, teroris seperti yang selama ini selalu disematkan pada kami," tuturnya Diana memberi contoh, banyak diantaranya yang berniqab bekerja sebagai pengusaha, dosen, guru, pedangang, penulis, pilot dan entrepreneur fashion. Hanya yang Diana sayangkan dan kerap terjadi dari dulu adalah yang muncul ke permukaan seperti masuk media yang lebih terekspos kalau tidak istri teroris ya pesakitan (nara pidana) ditambah lagi habis kejadian teror belakangan ini masyarakat sudah menjadikan niqab sebagai prototipenya teroris ektrimis.
"Buruk Sajalah pokoknya, padahal tidak semuanya seperti itu," ujarnya. Jika bicara masalah golongan ektrimis, lanjut Diana sebenarnya bukan hanya di Islam, di berbagai agama juga ada dan tidak semua selalu berniqab.
"Sedih...dan memang tugas berat untuk menggeser atau mengubah pandangan masyarat itu, perlu ada kerjasama yang konsisten dari kami yang berniqab dan juga masyarakat untuk menunjukan hal-hal positif. Kami pun butuh dukungan media juga untuk dapat memberi pemberitaan yang berimbang," harapnya. KEYWORD :Diana Nurliana Niqab Perempuan