Salah satu rumah warga Ahmadiyah yang rusak akibat diserang warga intoleran di Dusun Grepek Tanak Eat, Desa Greneng, Sakra Timur, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Sabtu, 19 Mei 2018. (Foto: Jemaat Ahmadiyah Indonesia/Anadolu Agency)
Jakarta - Rumah penganut Ahmadiyah diamuk warga setempat di Dusun Grepek Tanak Eat, Desa Greneng, Sakra Timur, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat , pada Minggu, pukul 06.30 WITA.
Sekretaris Pers Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Yendra Budiana mengatakan penyerangan ini dilakukan oleh warga kampung yang sama. Mengakibatkan hancurnya satu rumah milik warga Ahmadiyah, ini merupakan penyerangan kesekian sejak Sabtu kemarin.
"Mereka menyerang dan mengusir karena pemahaman keagamaan yang berbeda," ujar Yendra, Minggu, dalam siaran pers.
Sabtu kemarin, ungkap Yendra, warga kampung mengusir 24 orang penduduk dari tujuh kepala keluarga warga Dusun Grepek Tanak Eat. Penyerangan itu mengakibatkan enam rumah beserta isinya rusak dan empat sepeda motor hancur.
Polisi, ujar Yendra, kemudian mengevakuasi warga ke kantor Polres Lombok Timur. Malamnya, ungkap Yendra, warga kembali merusak rumah penduduk Ahmadiyah di hadapan aparat kepolisian dan mengakibatkan satu rumah kembali hancur.
Yendra mengatakan warga sudah melihat indikasi kebencian itu pada Maret dan 9 Mei lalu. Warga melaporkan indikasi itu kepada aparat kepolisian setempat dan polisi sempat sempat memediasi dialog bersama.
"Namun penyerangan itu kembali terjadi. Target penyerang adalah meratakan seluruh rumah penduduk komunitas muslim Ahmadiyah dan mengusirnya dari Lombok Timur," kata Yendra.
Yendra mengatakan kebencian dan intoleransi merupakan akar radikalisme dan terorisme. Negara sebetulnya telah menjamin kebebasan beribadah sesuai keyakinannya lewat konstitusi.
Oleh karena itu, JAI mendesak agar kepolisian dan negara menjamin keamanan komunitas muslim Ahmadiyah. Juga mendesak agar aparat tegas menghukum para pelaku teror dan kriminal.
"Kejadian ini telah puluhan kali di NTB dan terus berulang karena ketidaktegasan hukum dan penanganan yang lambat," ujar Yendra. (aa)
KEYWORD :
Ahmadiyah Lombok