Presiden Amerika Serikat Donald Trump menaiki Air Force One menuju KTT APEC di Danang, Vietnam pada tanggal 11 November 2017 (Reuters / Jonathan Ernst)
Jakarta - Juru bicara Kepresidenan Turki Ibrahim Kalin mengatakan bahwa tak akan ada perdamaian di Palestina kecuali Israel mengakhiri okupasinya.
Menurut Kalin, persoalannya adalah okupasi tak juga berakhir, tak akan ada kedamaian, tak ada keamanan, tak ada kemakmuran bagi siapa pun.
"Berkat kebijakan tak bertanggung jawab dan populis dari administrasi Trump dan Netanyahu, perdamaian belum juga terwujud hingga kini."
"Negara-negara Muslim, Eropa, Afrika, bangsa- bangsa Asia dan negara-negara Amerika Latin harus bersatu untuk menghentikan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional oleh Israel dan hukuman yang tidak adil pada Palestina," tambah Kalin.
Jumlah warga Palestina yang menjadi martir oleh tembakan Israel selama protes pada Senin di Jalur Gaza timur naik menjadi 64 pada Sabtu. Ratusan lainnya terluka.
Protes itu adalah bagian dari aksi unjuk rasa berpekan-pekan yang menandai ulang tahun ke-70 pendirian Israel - peristiwa yang disebut warga Palestina sebagai "Nakba" atau "The Catastrophe" - dan relokasi Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Sejak unjuk rasa dimulai pada 30 Maret, lebih dari 110 warga Palestina tewas dan ribuan lainnya terluka oleh tembakan Israel, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
"Ini akhir dari peran administrasi Donald Trump dalam proses perdamaian Timur Tengah," tulis Kalin.
Dia mengatakan langkah AS untuk merelokasi kedutaannya "juga merusak harapan yang tersisa untuk solusi dua negara", yang disebut "paku terakhir di peti mati".
Trump memicu kecaman internasional Desember lalu ketika secara sepihak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan bersumpah untuk merelokasi Kedutaan Besar AS ke kota itu.
Kalin mengatakan, “[Perdana Menteri Israel Benjamin] Netanyahu tak dapat menutupi kejahatan dan masalah dalam negerinya dengan menyerang Presiden Recep Tayyip Erdogan".
"Dia mungkin menikmati kebisuan dari komunitas internasional dan perpecahan dan kelesuan dunia Arab, tetapi dia tak pernah bisa menghancurkan kehendak rakyat Palestina dan dukungan kami untuk mereka."
Kalin juga menuduh media Eropa dan Amerika tidak "mengatakan yang sebenarnya" tentang pembunuhan di Gaza.
"Berita utama soal ‘Puluhan orang tewas di Gaza’ tak satu pun menyebutkan kebrutalan Israel dan pembunuhan yang disengaja, seolah-olah warga Palestina meninggal karena bencana alam atau epidemi," katanya, mengacu pada sebuah cuitan New York Times, yang dikecam secara luas.
Kalin berkata: "Bayangkan bagaimana dunia akan bereaksi jika 62 orang yang tewas pada 14 Mei adalah warga Israel, bukan warga Palestina."
“Itu tak akan menjadi berita, tapi bom. Itu akan mengubah parameter politik regional dan internasional. Pemerintah Barat akan melakukan segalanya sesuai kapasitas mereka untuk menghukum mereka yang bertanggung jawab. Bahkan tentara akan dimobilisasi.
"Tapi tak ada yang terjadi karena korbannya warga Palestina." (AA)
KEYWORD :Palestina Turki Trump Netanyahu