Ilustrasi penjual senjata (Foto: Reuters)
Jakarta - Lembaga Kampanye Melawan Perdagangan Senjata (CAAT) mengatakan, Inggris menyetujui lisensi ekspor senjata rahasia ke Israel tahun lalu.
Pada 2017, Inggris mengeluarkan lisensi senjata senilai 221 juta poundsterling atau sekira Rp4,2 triliun kepada kontraktor pertahanan yang mengekspor ke Israel, naik 256 persen jika dibandingkan dengan lisensi 86 juta poundsterling atau sekira Rp1,6 triliun pada tahun 2016.
Setahun sebelumnya, pada tahun 2015, lisensi senilai 20 juta poundsterling atau sekira Rp378 dikeluarkan.
Secara total, Inggris telah menjual persenjataan dan perangkat militer senilai lebih dari 350 juta poundsterling atau sekira Rp6,6 triliun kepada Israel selama lima tahun terakhir.Di antara senjata yang dijual Inggris ke Israel adalah senapan serbu, amunisi senjata kecil, senapan sniper dan komponen untuk peralatan penargetan.
Angka-angka baru itu diterbitkan di tengah respon mematikan tentara Israel terhadap demonstrasi mingguan yang diadakan oleh orang-orang Palestina di timur Jalur Gaza dekat pagar Israel sejak akhir Maret. Setidaknya 120 orang Palestina telah tewas oleh tembakan penembak jitu, dan lebih dari 13.000 terluka.
Juru bicara CAAT, Andrew Smith mengatakan kepada Al Jazeera bahwa persenjataan Inggris yang sebelumnya dijual ke Israel digunakan pada dua serangan Israel di daerah kantong pantai yang terkepung.
Demokrat Waspadai Kehadiran Kelompok pro-Palestina yang Tuntut Embargo Senjata dalam Konvensi
"Investigasi pemerintah Inggris telah mengkonfirmasi bahwa senjata Inggris digunakan untuk melawan orang-orang Gaza pada 2009 dan 2014," katanya, menyerukan "penyelidikan penuh" untuk menentukan apakah "mereka digunakan dalam kekejaman baru-baru ini".
"Peningkatan eksponensial penjualan senjata adalah bukti hubungan politik dan militer yang semakin erat antara Inggris dan Israel," tambah Smith.
Hubungan dekat lebih lanjut dicontohkan oleh kunjungan Pangeran William ke Israel dan wilayah Palestina yang diduduki bulan depan, kunjungan resmi pertama ke wilayah yang dibuat oleh anggota keluarga kerajaan.
Pangeran William pertama-tama akan mengunjungi ibukota Yordania, Amman, sebelum menuju ke Tel Aviv, Jerusalem, dan Ramallah. Turnya menyusul relokasi kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem, dan pembunuhan 62 demonstran Palestina oleh pasukan Israel pada 14 Mei.
"Jika Pangeran ingin membantu rakyat Palestina, maka dia harus berbicara menentang pelanggaran yang terjadi dan menggunakan kunjungannya untuk menyerukan solusi damai yang berarti," kata Smith. (Al Jazeera)
KEYWORD :Israel Palestina Inggris CAAT