Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman usai menjadi Inspektur Upacara dalam Memperingati Hari Kelahiran Pancasila, di Lapangan Kementan, Jakarta, Jumat (1/6).
Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman sejak awal telah menduga ada anomali dalam tata niaga komditas pangan khusnya bawang putih. Menurutnya, ada beberapa pihak atau importir mempermainkan harga sehingga merugikan konsumen dan petani.
Itu didarkan pada asumsi, jika harga naik, berarti, stok menipis, suplai dan panen berkurang. Untuk mentabilkan harga tersebut, maka solusinya adalah impor. Namun kenyataannya, kata Amran, impor sudah selesai, panen sedang berlangsung, suplainya tiga kali lipat di Cipinang, kemudian stok di atas rata-rata, tapi harga tak kungkung turun. Artinya ada yang bermasalah. Ada anomali di sini.
"Tolong pedagang dan saudara-saudaraku jangan main main. Kami sudah sampaikan kepada satgas pangan, pak Kapolri bahwa ini harus dituntaskan. Mafia pangan harus diberesin," jelasnya.
Dulu, kisah Amran, kita berjibaku impor 3,6 juta ton jagung dengan nilai sekira Rp10 triliun. Bawang merah juga gaduh, dulu impor sekarang sudah ekspor. Telur ayam dulu gaduh sekarang sudah ekspor. Ayam, sejarah pertama kita tembus pasar jepang.
"Ini memang pahit, tapi harus dilalui. Masa jabatan kami tinggal satu setengah tahun lagi. Kami tidak akan memberi kompromi kepada mafia yang mempermainkah nasib petani dengan konsumen," ujarnya.
Pria kelahiran Sulawesi Selatan itu mengungkapkan bahwa ketersediaan kebutahan pangan strategis saat ini surplus, dan bahkan sudah diekspor ke beberapa negara tetangga. Karena itu, tidak masuk akal harga merangkak naik.
"Tidak ada alasan, ayam, telur naik. Karena suplainya melimpah. Kita sudah ekspor. Jagung melimpah, beras di atas rata rata dan daging lebih dari cukup. Sekali lagi jangan dipermainkan," tegas Amran.
KEYWORD :
Kementan importir mafia pangan bawang putih