Masih banyak masyarakat yang kurang peduli akan pentingnya proteksi diri terutama saat mudik.(Foto Andi Mardana)
Jakarta - Momen Lebaran di Indonesia tidak hanya melahirkan fenomena mudik, tetapi juga menciptakan pola ekonomi tersendiri. Menjelang libur lebaran, sebagian besar alokasi dana dipergunakan untuk kebutuhan konsumtif.
Berdasarkan survey dari aplikasi Jakpat di 2017, 62 persen masyarakat membelanjakan Tunjangan Hari Raya (THR) untuk membeli pakaian baru, selebihnya dihabiskan guna keperluan biaya mudik, gadget, liburan dan membayar hutang/cicilan.
Sayangnya, dari sekian alokasi dana THR, tidak ada yang menggunakan untuk perlindungan jiwanya selama libur lebaran. Padahal, libur lebaran tidak luput dari berbagai risiko, baik kecelakaan lalu lintas maupun terserang penyakit.
Menurut data Korlantas Kepolisian Republik Indonesia (Polri) 2017, terdapat 3.168 kecelakaan dengan korban meninggal dunia mencapai 742 orang. Dari sisi kesehatan, penyakit yang paling sering diderita pasca lebaran salah satunya adalah typhus (demam thypoid).
Selain itu, momen libur lebaran juga kerap dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk berlibur ke luar negeri, seperti Singapura yang rentan terkena risiko penyebaran virus seperti zika. Dari sisi keuangan, momen lebaran ternyata juga meningkatkan jumlah transaksi keuangan non bank. "Saat ini penetrasi asuransi di Indonesia masih rendah, sehingga pangsa pasarnya masih sangat besar sekali," ujar Theodorus Wiryawan Komisaris Independen PT CAF di Jakarta, Kamis (7/6).
Jokowi: Inflasi Terkendali di Kisaran 2-3 Persen
Sejauh ini, kata ia upaya dalam rangka mendorong kesadaran masyarakat untuk memiliki perlindungan asuransi sudah dilakukan berbagai pihak baik dari sisi regulator, maupun pelaku industri asuransi itu sendiri. "Himbauan kepada masyarakat pada saat ini untuk tidak lupa agar mudik terasa aman untuk berasuransi mengingat risiko yang bisa muncul saat mudik lebaran," kata Wiryawan.
Di sisi lain, sambungnya inovasi untuk memaksimalkan penetrasi asuransi juga dibutuhkan oleh pelaku industri asuransi terutama bagaimana memanfaatkan channel digital, agar lebih cepat dan luas menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Masyarakat Indonesia cenderung tidak memprioritaskan perlindungan jiwa karena mahal dan rumit prosesnya. Mereka menganggap asuransi sebagai kebutuhan kesekian yang bisa ditunda, sementara banyak sekali risiko yang dihadapi setiap harinya, terutama saat momen mudik dan lebaran kali ini.
"Untuk itu dibutuhkan sinergi dari semua pihak terkait untuk edukasi sekaligus membuat asuransi lebih mudah diterima masyarakat. Selain itu, pemanfaatan teknologi digital juga diperlukan oleh pelaku industri asuransi untuk mempermudah akses bagi konsumen," ujar Wiryawan.
Menyambut momen lebaran tersebut, Jagadiri sebagai salah satu penyedia jasa asuransi jiwa turut mendukung program sosialiasi mudik aman berasuransi lewat program asuransi yang cocok bagi mereka yang akan mudik lebaran ke kampung halaman, antara lain Jaga Liburan, Jaga Sehat Tropis, dan Jaga Aman Instan yang dapat diperoleh dengan cepat, mudah secara online dan tanpa beban.
"Asuransi ini sebagai salah satu pelaku di industri asuransi jiwa mendukung program Mudik Aman Berasuransi. Jagadiri ingin turut berkontribusi dalam menyukseskan Mudik Aman Berasuransi serta meningkatkan penetrasi asuransi kepada masyarakat," ujar Wiryawan.
Asuransi digital ini bersama WE+ dan Alfamart turut mendukung program dalam rangka mempermudah serta memperluas akses pembelian asuransi melalui distribusi channel digital. Masyarakat dapat dengan mudah membeli dan membayar premi bulanan dari asuransi Jagadiri di WE+ dan Alfamart. Di sisi lain, objektif untuk dapat meningkatan penetrasi asuransi di Indonesia pun lebih efektif tercapai.
KEYWORD :libur lebaran ekonomi asuransi