Sekjen PBB Antonio Guterres (Foto: Financial Tribune)
Copenhagen - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres mengungkapkan, jumlah negara yang terlibat dalam "konflik kekerasan" paling tinggi dalam 30 tahun, sementara jumlah orang yang tewas dalam konflik meningkat sepuluh kali lipat sejak 2005.
Guterres melanjutkan, bahwa jumlah kekerasan yang dapat diklasifikasikan sebagai perang, berdasarkan jumlah korban, meningkat tiga kali lipat sejak 2007.
Ia juga mengatakan kepada wartawan di Oslo, Norwegia, bahwa konflik dengan intensitas rendah meningkat hingga 60 persen sejak 2007. Sayangnya ia tidak memberikan angka secara spesifik.
"Pencegahan harus lebih diintensifkan dari tahun sebelumnya. Selain itu, mediasi menjadi instrumen yang sangat mendasar dalam tindakan kami," ujar Guterres, dikutip dari Arab News, Rabu (20/6)
Guterres, yang menghadiri pertemuan perdamaian di Oslo, mengatakan bahwa di atas konflik regional, terorisme global adalah jenis "lawan" baru yang dapat menyerang kapan saja di mana saja."
Badan pengungsi PBB mengatakan hampir 69 juta orang yang melarikan diri akibat perang, kekerasan dan penganiayaan. Orang-orang yang dipaksa mengungsi tahun lalu mencapai angka rekor.
Dalam Laporan Global Trends tahunan yang diterbitkan Selasa, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi mengatakan krisis masih terjadi di Sudan Selatan dan Kongo, serta eksodus Muslim Rohingya dari Myanmar yang dimulai tahun lalu, menambah angka pemindahan paksa di 2017 menjadi 68,5 juta.
Untuk diketahui, diskusi panel Forum Oslo tahunan tentang perdamaian juga dihadiri oleh para pemimpin dari Somalia, Aljazair, Yordania, Oman dan Tanzania. Utusan Gedung Putih untuk perang melawan Negara Islam juga hadir.
KEYWORD :
PBB Antonio Guterres pengunsi