Ilustrasi, ribuan perempuan mengalami kekerasan seksual akibat perang yang masih berlangsung di Sudan (Siegfried Modola/Reuters)
Sudan - Setumpuk kayu bakar terletak di sebelah tempat tidur yang rusak di dalam tenda yang hari ini berfungsi sebagai rumah bagi Nyakouth Bul.
Kayu itu adalah garis hidup bagi anak berusia 27 tahun. Ini adalah satu-satunya komoditas untuk mempertahankan dirinya dan lima anaknya yang tinggal di kamp orang terlantar yang kini dikelola Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di ibukota Sudan Selatan yang dilanda perang, Juba.
Tetapi mengumpulkan kayu bakar di luar kamp sangat berbahaya. Banyak predator seks yang berkeliaran. "Kami adalah sekelompok wanita dan pergi mengumpulkan kayu bakar," kenang Bul.
"Lima tentara menemukan kami dan kami lari. Saya jatuh dan mereka mengarahkan senjata ke arah saya dan kemudian memperkosa saya dan meninggalkan saya di sana. Saya kembali ke kamp dan merasa malu malakukan pengobatan," katanya kepada Al Jazeera.
Bul berharap suatu hari nanti akan mendapatkan keadilan atas kejahatan yang dilakukan terhadapnya. Ia adalah salah satu dari ribuan wanita di kamp yang diperkosa selama lima tahun perang sipil di Sudan Selatan.
Konflik yang berlangsung sejak Presiden Salva Kiir menuduh mantan wakilnya Riek Machar merencanakan kudeta, telah membunuh ribuan orang dan menelantarkan empat juta atau sekitar sepertiga penduduk.
Hampir semua pihak yang bertikai dalam perang Sudan Selatan melakukan kekerasan seksual. PBB, yang menetapkan 19 Juni sebagai Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan Seksual dalam Konflik, dan Uni Afrika mengatakan serangan dalam beberapa kasus merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.
"Ada masalah besar kekerasan," kata kepala bantuan PBB Mark Lowcock.
"Orang-orang yang terlantar itu sendiri, serta mereka yang melarikan diri, mengalami pelecehan seksual, dan pembunuhan yang mengerikan pada skala yang merajalela," tambahnya.
Menurut UNICEF, lebih dari 1.000 anak diserang secara seksual di Sudan Selatan dalam tiga tahun pertama konflik.
Sementara itu, 72 persen wanita yang tinggal di tempat-tempat yang dilindungi di ibukota Juba mengatakan mereka telah diperkosa, sebagian besar oleh polisi dan tentara.
"Meskipun ribuan wanita telah melaporkan pemerkosaan dan kekejaman seksual lainnya dalam perang Sudan Selatan, organisasi hak asasi memprediksi angka itu jauh lebih tinggi," kata Al Jazeera, Hiba Morgan, melaporkan dari Juba.
"Itu karena banyak yang tidak melaporkan, karena takut," sambungnya. (Al Jazeera)
KEYWORD :PBB perempuan kekerasan seksual Sudan