Ilustrasi protes di Iran (foto: Aljazeera)
Tehran - Kepala pengadilan Iran, Ayatollah Sadeq Larijani memperingatkan bahwa dalang jatuhnya rial, akan menghadapi hukuman berat, termasuk eksekusi mati atau 20 tahun penjara.
"Musuh sekarang mencoba mengganggu ekonomi kita melalui operasi psikologis. Dalam beberapa hari terakhir beberapa pedangan mencoba menutup toko mereka, tetapi rencana mereka digagalkan oleh polisi," kata Sadeq Larijani dikutip dari Fars.
Jaksa penuntut Tehran, Abbas Jafari-Dolatabadi mengatakan beberapa pengunjuk rasa di dekat toko mereka ditangkap pada Senin dan tidak akan dibebaskan sebelum pergi ke pengadilan.
Jokowi: Inflasi Terkendali di Kisaran 2-3 Persen
Pemerintah Iran sedang menerapkan rencana baru untuk mengendalikan kenaikan harga, termasuk melarang impor lebih dari 1.300 produk, mempersiapkan ekonominya untuk menolak sanksi Amerika Serikat yang mengancam.
Presiden Iran, Hasan Rouhani, yang berada di bawah tekanan untuk mengubah tim ekonominya, mengatakan sanksi AS yang baru adalah bagian dari perang psikologis, ekonomi dan politik. Washington akan membayar harga tinggi atas tindakannya.
Keluar dari perjanjian nuklir adalah keputusan terburuk yang dia (Trump) bisa buat. Itu mengerikan. Itu merusak reputasi global Amerika," katanya.
Pada Senin, para pedagang berkumpul di luar parlemen mengeluh tentang penurunan tajam nilai mata uang nasional. Kemudian pada Selasa sejumlah penjaga toko dan pedagang menutup bisnisnya. Grand Bazaar Teheran pun demikian.
Menurut Reuters, rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan para pemrotes membakar tempat sampah di jalan-jalan Teheran untuk memblokir polisi anti huru hara agar tidak menyerang mereka.
Selain itu sejumalah gambar juga menunjukkan pemilik toko mogok di kota-kota lain termasuk Arak, Shiraz dan Kermanshah.
KEYWORD :Iran Amerika Serikat kesepatan nuklir ekonomi