Bendera kebangsaan Iran, minyak
London - Menteri perminyakan Iran, Bijan Zanganeh menuding Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menghina OPEC. Pasalnya, pasangan Melania itu memerintahkan meningkatkan produksi dan menurungkah harga minyak disaat yang sama.
Rabu sebelumnya, Trump menuduh Organisasi Pengekspor Minyak Bumi mendorong harga bahan bakar lebih tinggi, dan mendesak Arab Saudi untuk memompa lebih banyak jika ingin Washington terus melindunginya dari rivalnya, Iran.
"Trump mengirimkan setiap hari pesan baru yang menciptakan ketidakpastian di pasar," kata Bijan Zanganeh, dilansir Reuters, Sabtu (7/7).
"Perintah Trump kepada anggota OPEC untuk meningkatkan produksi merupakan penghinaan besar bagi pemerintah dan negara-negara tersebut, dan mengguncang pasar," sambungnya.
Seperti diketahui, Iran, produsen terbesar ketiga OPEC, sedang menghadapi sanksi AS atas ekspor minyaknya yang mendorong beberapa pembeli untuk memangkas pembelian.
Washington mengatakan pada Mei itu berjalan menjauh dari kesepakatan internasional mengenai program nuklir Iran, dan mengatakan akan memberlakukan sanksi baru pada sektor energi Iran.
Pada bulan Juli Korea Selatan menghentikan semua pengiriman minyak Iran untuk pertama kalinya dalam enam tahun di tengah tekanan Gedung Putih.
Uni Eropa, yang pernah menjadi pengimpor minyak terbesar Iran, berjanji untuk mencoba menjaga agar perjanjian nuklir 2015 tetap hidup tanpa Paman Sam dengan mencoba menjaga agar minyak dan investasi mengalir.
Menteri luar negeri dari lima negara yang tersisa menawarkan paket langkah ekonomi ke Iran pada Jumat untuk melawan sanksi AS, tetapi Tehran mengatakan paket itu tidak cukup."Saya belum melihat paket itu secara pribadi, tetapi rekan-rekan kami di kementerian luar negeri yang telah melihatnya tidak senang dengan rinciannya," kata Zanganeh seperti dikutip oleh kantor berita Tasnim.
Iran juga mengancam akan memblokir ekspor minyak melalui perairan Teluk utama sebagai pembalasan atas upaya AS untuk mengurangi penjualan minyak Iran ke nol.
KEYWORD :OPEC Iran Amerika Serikat