Sabtu, 21/12/2024 22:08 WIB

Stunting, Ancaman Potensi Bonus Demografi Indonesia

Bonus demografi tidak akan berarti apa-apa tanpa generasi muda yang sehat jiwa dan raga.

ilustrasi anak stunting

Jakarta - Stunting masih menjadi salah satu ancaman bagi anak Indonesia. Stunting membawa dampak negatif, tidak hanya pada hidup si anak, tapi juga pada potensi bonus demografi. Untuk itu permasalahan yang satu ini harus diselesaikan dan diatasi mulai sejak anak berada di dalam kandungan.

Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hizkia Respatiadi mengatakan, Indonesia diperkirakan akan menyongsong bonus demografi pada 2030 mendatang.

Melimpahnya jumlah penduduk usia produktif tentu merupakan hal yang harus dimanfaatkan untuk meningkatkan capaian-capaian positif di berbagai bidang. Hal ini harus dimulai dengan menciptakan generasi muda yang sehat, baik jiwa maupun raga. Pemenuhan gizi seimbang dapat dilakukan sebagai awal yang baik untuk tumbuh kembang anak.

“Bonus demografi tidak akan berarti apa-apa tanpa generasi muda yang sehat jiwa dan raga. Dengan sehat jiwa dan raga, mereka akan mampu memaksimalkan potensi mereka dalam berbagai hal. Generasi muda akan menjadi pelaku utama pembangunan saat Indonesia mengalami bonus demografi,” jelas Hizkia.

Stunting terjadi ketika anak mengalami kekurangan asupan gizi dalam waktu yang lama dan terus menerus. Akibatnya adalah anak tidak mengalami pertumbuhan fisik yang maksimal. Tinggi badan anak stunting biasanya lebih pendek dari rata-rata tinggi anak seusianya.

Tidak hanya berdampak pada fisik, kecerdasan anak stunting biasanya juga tidak lebih baik daripada anak yang tidak mengalami stunting. Anak yang menderita malnutrisi juga cenderung lebih mudah sakit dan mengalami masalah kesehatan, seperti kanker, diabetes dan jantung.

Hizkia menjelaskan, anak mengalami pertumbuhan yang pesat pada usia 0-6 tahun.  Pada fase ini, pertumbuhan otaknya mencapai 95 persen. Sedangkan pada fase usia berikutnya (6-12 tahun), pertumbuhannya dapat dikatakan stabil. Setelah usianya 6 tahun atau lebih, pertumbuhan otaknya adalah 5 persen.

Pertumbuhan yang cepat kembali terjadi pada usia 12-18 tahun. Pemenuhan gizi pada anak sangat penting di semua fase pertumbuhannya, terutama pada 1.000 hari pertama kelahirannya atau pada usia 0-3 tahun.

Stunting bisa berdampak hingga anak dewasa. Hal ini akan membuat anak tidak bisa maksimal dalam mengembangkan potensinya. Anak stunting juga akan memiliki potensi kerugian waktu dan tenaga karena memiliki tubuh yang rentan terkena penyakit. Belum lagi potensi kerugian ekonomi karena harus terus mendapatkan perawatan kesehatan akibat sakit yang diderita karena stunting,” terangnya.

Gizi seimbang adalah asupan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Pemenuhan gizi pada anak dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan.
 
Setelah anak dilahirkan, pemenuhan gizi yang seimbang berguna untuk memaksimalkan pertumbuhan otak dan juga fisik anak.
Bonus demografi dipandang sebagai jalan bagi Indonesia untuk bisa meloncat menjadi negara maju.

Momentum ini juga dinilai strategis dalam meningkatkan capaian Indonesia di berbagai bidang. Kondisi ini memberikan keuntungan ekonomi berupa ledakan jumlah penduduk usia produktif yaitu usia 15-64 tahun.

Jika dimanfaatkan dengan baik, keuntungan tersebut bakal mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan.

KEYWORD :

Stunting Demografi Anak




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :